WahanaNews.co, Jakarta - Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), membuat para ilmuwan di dunia terbagi menjadi dua kubu. Hal ini disampaikan oleh profesor pakar AI dari Universitas Chukyo Jepang, Pitoyo Hartono, di Kantor BRIN, Rabu (30/8/2023), melansir CNBC Indonesia.
"Menariknya dalam 3-4 bulan ini, peneliti-peneliti ini mulai berseteru dengan munculnya ChatGPT," kata dia.
Baca Juga:
Kemendikdasmen Siapkan Generasi Emas Lewat Pelajaran AI dan Coding di SD
Ilmuwan Geoffrey Hinton dari Universitas Toronto dan Yoshua Bengio dari Universitas Montreal, mengatakan bahwa AI sekarang ini adalah ancaman.
Keduanya berpendapat bahwa hadirnya AI seperti ChatGPT menimbulkan bahaya. Sebab, menurut mereka, AI akan menjadi berubah menjadi superhuman, di mana kekuatannya melebihi kecerdasan manusia yang bisa dikontrol.
Sedangkan Yann Lecun dari Universitas New York mengatakan, bahwa orang-orang ini terlalu penakut terhadap AI. Ia menilai tidak ada ancaman dari teknologi ini.
Baca Juga:
Bisa Jadi Saingan Google, Meta Kembangkan Mesin Pencari AI Sendiri
"Jadi mereka yang sebelumnya bekerjasama secara erat skrng agak terpisah, ada dua kubuh dalam AI," ujarnya
"Lalu, seperti biasa Jepang selalu berdiri di posisi yang netral," imbuhnya
Diaspora yang sudah 35 hidup di Jepang itu melihat adanya kubu atau beda pendapat dalam dunia sains merupakan hal yang biasa.
Di satu sisi, ia memang melihat ada ancaman yang muncul dari AI. Tapi solusinya bukan menghentikan penelitian terkait AI.
Diperlukan regulasi baru untuk mengatur teknologi ini, serta dialog antar kubu untuk mencari jalan tengah.
“Saya melihat ai ini, ada ancaman yg muncul dari Ai, tp solusinya bukan kita melakukan moratorium dengan menghentikan penelitian AI gitu, itu ngga menyelesaikan masalah,”
"Suatu saat kita harus menyatukan ini dengan berdialog, kita harus mempunyai semacam konsensus apa yang harus kita lakukan terhadap AI. Dan dialog seperti ini (di dunia) belum terjadi," pungkasnya.
[Redaktur: Alpredo Gultom]