WahanaNews.co | Survei Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menyebutkan mayoritas orang tua murid menyetujui dimulainyasekolah tatap mukapada tahun ajaran baru 2021/2022 yang akan digelar 12 Juli 2021. Persoalan psikologis anak jadi pertimbangan orang tua.
Baca Juga:
Buntut Panjang Perselisihan Poltracking dan Persepi: Data Survei hingga Target Sanksi
Kepala Bidang Advokasi P2G Iman Zanatul Haeri memaparkan sebanyak 43,9 persen orang tua memberikan persetujuan belajar tatap muka digelar. Sementara 32,2 persen orang tua menyatakan ragu-ragu dan 23,9 persen tidak setuju.
"Mayoritas orang tua memang setuju akan dimulainya pembelajaran tatap muka," ujar Iman saat memaparkan hasil Survei Nasional Sikap Orang Tua Terhadap Vaksinasi Anak dan Pembelajaran Tatap Muka Juli 2021 secara daring Minggu (11/7/2021).
Baca Juga:
Perhimpunan dan Pendidikan Guru Tolak PPDB Zonasi Dihapus
Para orang tua yang setujusekolah tatap mukatersebut sebanyak 41,3 persen memberi alasan anaknya bosan atau jenuh di rumah. Kemudian 24,7 persen menyebut anak hanya bermain game, 21,2 persen beralasan sinyal internet susah sekali di daerahnya, 9,3 persen karena orang tua tidak memiiki kompetensi pengajaran.
"Sisanya alasan lain-lain seperti pada PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) umumnya guru hanya memberi tugas saja. Jadi orang tua yang setuju mayoritas memberi alasan psikologis (anak)," ujar Iman.
Di sisi lain menurut Iman jumlah anak-anak penderita COVID-19 di Indonesia merupakan yang paling tinggi di dunia. Karena itu diperlukan edukasi dan sosialisasi yang utuh bagi orang tua.
Survei ini dilaksanakan selama 3 hari mulai 5 Juli-8 Juli 2021. Sebanyak 9.287 orang tua siswa dari jenjang pendidikan SD/MI-SMP/MTs-SMA/SMK/MA di 168 kota/kabupaten dan 34 provinsi di Indonesia menjadi responden.
Teknik pengumpulan data survei ini dilakukan melalui kuisioner semi tertutup berbasisWebyang menggunakan aplikasiGoogle Formdisebar via aplikasiWhatsappke seluruh jaringan guru P2G.
"Anak dari responden bersekolah di SD 12,9 persen, MI 5,7 persen, SMP 20,8 persen, MTs 7,3 persen, SMA 42,5 persen, Madrasah Aliyah 1,8 persen, dan SMK 8,9 persen," ujar Iman.
Sementara orang tua yang ragu-ragu atau tidak setujusekolah tatap mukadigelar hampir 75 persen menyatakan alasan penolakan karena kasus Covid-19 semakin meningkat dan kemudian 21,4 persen siswa belum tuntas divaksinasi.
"Ada pula yang menyatakan sekolah berada di zona merah atau oranye, lalu sekolah belum memenuhi fasilitas pendukung protokol kesehatan, dan guru belum tuntas divaksinasi," ujar Iman. (JP)