WahanaNews.co | Suspensi udara selama ini kerap dianggap rewel untuk pemakaian sehari-hari.
Padahal, suspensi udara sekarang sudah pintar dan punya reliabilitas tinggi.
Baca Juga:
RI-Jepang Perkuat Kerja Sama Industri Otomotif Menuju Netralitas Karbon
Yang penting, suspensi udara harus tahu cara merawat dan memperlakukannya karena berbeda dengan suspensi biasa.
Menurut Ervain Launru dari Point 888 Jakarta, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, keawetan suspensi udara berasal dari pemasangan dan perawatan.
"Pemasangan awal wajib dilakukan dengan benar, agar tidak menimbulkan banyak masalah ke depannya," ujar Viby, sapaannya.
Baca Juga:
Kendaraan BAIC Asal China Siap Mengaspal di Indonesia
Contoh pemasangan presisi, "Balon suspensi tidak bergesekan dengan benda apapun di kolong fender, jalur udara juga terpasang kuat," tambah Viby.
Ketika pemasangan awal sudah presisi dan benar, langkah perawatan selanjutnya jadi lebih mudah.
"Selanjutnya tinggal pengecekan berkala saja setiap 3 bulan, cek kondisi tabung udara, selang-selang, solenoid, kompresor," sambungnya.
Pria asli Surabaya ini juga menambahkan, sebaiknya jangan mengisi balon suspensi dengan tekanan angin yang tinggi.
"Karetnya jadi kencang, dan fleksibilitasnya pun berkurang, balon jadi cepat rusak," wanti Viby.
Ia juga menambahkan, ketika mobil ditinggal dalam waktu lama, sebaiknya suspensi udara harus terisi angin.
"Minimal 20 psi, kalau 0 psi dan ditinggal lama, nanti karet balonnya cepat rusak ketika diisi angin kembali," tegas pria pengguna Mercedes-Benz ini.
"Tapi kalau cuma ditinggal 1-2 hari, tidak apa-apa kalau tekanan angin di balon suspensi 0 psi," jelasnya.
Menurut Viby, balon suspensi udara punya kekuatan hingga 5-6 tahun.
"Kalau balon di atas 6 tahun, karetnya sudah melunak, efeknya mobil terasa agak limbung," pungkas Viby. [gun]