WahanaNews.co, Bandung - Tim Pusat Survei Geologi yang berbasis di Badan Geologi Bandung melaporkan temuan lapangan setelah terjadinya gempa di Sumedang sejak Minggu (31/12/2023).
Sukahar Eka Adi Saputra, anggota tim tersebut, menyatakan bahwa gempa terkuat terjadi di sekitar Kampung Babakan Hurip yang berdekatan dengan Sungai Cipeles.
Baca Juga:
Gempa Sesar Anjak Langsa Magnitudo 4.4, Guncangan Kuat di Wilayah Perbatasan Aceh-Medan
“Data kami di lapangan menyebut bahwa Patahan Cipeles, patahan yang lokasi tipenya di Sungai Cipeles kami duga sebagai penyebab gempa bumi yang episenter di Kampung Babakan Hurip,” ujarnya, melansir Tempo, Jumat (5/1/2024).
Sebelumnya, berkembang dugaan penyebab gempa di Sumedang yaitu akibat sesar aktif yang belum dikenal menurut Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika atau BMKG.
Sementara versi Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi atau PVMBG Badan Geologi adalah Sesar Cileunyi-Tangjungsari.
Baca Juga:
Pemkot Jakarta Barat Sosialisasi Mitigasi Gempa, Antisipasi Megathrust
“Pertanyaannya, pusat gempa itu di ujung timur patahan Cileunyi – Tanjungsari,” kata Eka.
Sesar Cileunyi-Tangjungsari, menurutnya, terbagi dua yaitu bagian barat dan timur. Berbekal data gempa dari BMKG, tim Pusat Survei Geologi berangkat ke lokasi beberapa jam setelah terjadi gempa Sumedang. Mereka bertujuan mengambil data kerusakan akibat gempa dan beberapa fenomena geologi.
“Kami mencari bukti-bukti kerusakan seperti retakan tanah dan yang esensial bagaimana gempa itu terjadi,” ujar Eka.
Tim melakukan observasi di Kampung Babakan Hurip karena lokasinya merupakan titik kemunculan sumber gempa terkuat dengan magnitudo 4,8. Pasca gempa pada Minggu, 31 Desember 2023 pukul 20.34 itu juga banyak rumah warga yang rusak.
Observasi lapangan tim juga diarahkan ke Sungai Cipeles yang dekat dengan kampung itu. “Dan menemukan bukti-bukti patahan baik itu patahan tua dan muda yang memang terjadi akibat gempa bumi. Istilahnya kami interpretasikan reaktivasi,” kata Eka.
Temuan itu, menurutnya, terus dimutakhirkan di lapangan untuk memeriksa kelurusan dan patahan. Kejutan temuan lain menurutnya yaitu arang kayu pada bidang patahan dan bidang gelincir yang diinterpretasikan sebagai longsor purba. “
Apakah longsornya akibat tektonik masa lalu atau apa masih misteri buat kita,” ujarnya. Tim akan mencari tahu berapa umur arang kayu temuan itu.
Sementara itu anggota tim lainnya Joko Wahdiyono mengatakan, segmen Sesar Cipeles merupakan sesar aktif dari hasil temuan di lapangan.
“Tidak terbantahkan Sesar Cipeles ini aktif,” kata dia di forum yang sama.
Sesar ini terlihat di permukaan, memotong lapisan tanah dan bangunan hingga meruntuhkan struktur.
"Semoga dapat meyakinkan kita bahwa apa yang kita temukan di lapangan merupakan penemuan yang benar-benar baru dan orisinal, bahwa segmen Sesar Cipeles adalah penyebab kerusakan di daerah Babakan Hurip," ungkapnya.
Sementara itu, menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), jumlah Gempa Sumedang terus bertambah.
Totalnya mencapai 14 kali sejak 31 Desember 2023 hingga Jumat, 5 Januari 2024, dengan magnitudo gempa yang kecil, yaitu 2,3.
Gempa pada pukul 08.25 WIB tersebut memiliki kedalaman 24 kilometer dan tidak dirasakan oleh orang.
Episentrum gempa berada 10 kilometer ke arah timur laut pusat Kabupaten Sumedang atau pada koordinat 6,77 derajat Lintang Selatan dan 107,95 Bujur Timur.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]