WAHANANEWS.CO, Jakarta - Para ahli memperingatkan bahwa peretas kini menggunakan metode phishing baru yang menargetkan ponsel, yang biasanya memiliki keamanan lebih lemah dan lebih jarang dikelola dibandingkan laptop atau PC.
Laporan Ancaman Seluler Global 2024 dari Zimperium menyebutkan bahwa 82% situs phishing saat ini menargetkan perangkat seluler.
Baca Juga:
Lindungi Wajib Pajak, DJP Umumkan Nomor dan Website Penipu yang Sering Beraksi
Peretas mulai mengadopsi taktik yang lebih besar untuk menargetkan ponsel dengan modus ini. Mereka menggunakan berbagai teknik untuk menembus sistem perusahaan.
Lebih dari itu, 76% situs phishing yang menargetkan perusahaan besar menggunakan HTTPS, protokol yang aman, sehingga membuat situs berbahaya tampak lebih sah.
Hal ini membuat pengguna ponsel lebih rentan karena mereka seringkali tidak memerhatikan indikator keamanan seperti bilah URL pada layar yang lebih kecil.
Baca Juga:
Polda Papua Minta Warga Waspada Penipuan Online yang Semakin Marak
Pada akhir Maret 2024, para peneliti di Netcraft menemukan alat phishing-as-a-service bernama Darcula, yang memungkinkan para penjahat mengirim pesan melalui protokol RCS di Google Messages dan iMessage, bukan SMS.
Metode ini membuat pesan tampak lebih sah dan sulit dicegat atau diblokir karena enkripsi menyeluruh.
Peretas yang melakukan phishing di ponsel, dikenal sebagai "mishing," sangat memperhatikan waktu.
Mereka langsung mengaktifkan situs phishing baru mereka, dengan seperempat situs aktif kurang dari 24 jam setelah dibuat.
CEO Zimperium, Shridhar Mittal, menegaskan bahwa solusi terbaik adalah mengadopsi strategi keamanan berlapis, termasuk perlindungan terhadap ancaman seluler dan pengecekan aplikasi mobile.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]