WahanaNews.co | Pemerintahan Presiden Joko Widodo alias Jokowi dan KH Ma'ruf Amin genap berusia dua tahun pada hari ini, Rabu (20/10/2021).
Sejumlah pihak turut menyoroti kinerja dari periode kedua kepemimpinan Jokowi.
Baca Juga:
20 Oktober 2024: Melihat Nasib Konsumen Pasca Pemerintahan 'Man Of Contradictions'
Berbeda dengan periode sebelumnya, periode kepemimpinan Jokowi kali ini terbilang cukup berat karena harus menghadapi pandemi Covid-19.
Ada yang memuji capaian kinerja pemerintahan Jokowi, namun ada juga yang mengkritisi.
Satu di antara pihak yang memuji kinerja Jokowi adalah Ketua Relawan Jokowi Mania (Joman), Immanuel Ebenezer.
Baca Juga:
HUT ke-79 TNI, Ini Pesan Presiden Jokowi ke Prajurit Indonesia
Immanuel menilai, pemerintahan Jokowi - Ma'ruf masih berada dalam jalur yang benar.
Terlebih, kinerjanya dalam menangani Covid-19 dan pemulihan ekonomi.
"Pemerintahan Jokowi - Ma'ruf masih on the track dan mengapresiasi capaian kinerja dan penangan Covid-19 serta pemulihan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintahan Jokowi - Ma'ruf Amin saat ini," kata Immanuel Ebenezer, dikutip Rabu (20/10/2021).
Meski begitu, ia menyoroti kerja dari beberapa pembantu Presiden yang dinilai sudah tak fokus.
Hal itu karena beberapa pembantu Presiden sedang mempersiapkan diri menghadapi perhelatan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Namun, Immanuel tak menyebut secara gamblang ihwal menteri yang dimaksud tersebut.
"Para pembantu Presiden atau Menteri untuk bekerja secara maksimal atau mengundurkan diri jika tidak mampu menterjemahkan keinginan Presiden dan Jangan larut dalam mempersiapkan diri menjelang tahun-tahun politik untuk Pemilu 2024," ujarnya.
Ia meminta para anggota kabinet harus memperkuat soliditas dan harus semakin fokus pada tugas pokok dan fungsi masing-masing dari pada menjadi beban bagi pemerintahan Joko Widodo.
"Atau lebih baik segera mengundurkan diri sebelum diberhentikan oleh Presiden," sambungnya.
Ia mengimbau agar seluruh rakyat Indonesia bersatu, bersama-sama sekaligus berkolaborasi untuk menjaga kesehatan dan percepatan pemulihan ekonomi diseluruh sektor.
"Lupakan seluruh perbedaan, apalagi fanatisme politik pada pemilu yang lalu, mari kita move on untuk kejayaan dan kebangkitan NKRI," katanya.
"Joman meminta semua pihak tetap optimis, optimalkan semua potensi, bukan pesimis apalagi frustrasi. Dan dengan satu keyakinan Covid pasti berlalu," kata dia.
Kondisi Politik Cenderung Memburuk
Di sisi lain, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei terbaru terkait 2 tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wapres Maruf Amin.
Kondisi politik di Indonesia dinilai SMRC memburuk dalam dua tahun terakhir kepemimpinan Jokowi-Maruf.
Direktur Eksekutif SMRC, Sirojuddin Abbas, mengurai, warga yang menilai kondisi politik nasional baik/sangat baik tercatat sekitar 26,8 persen.
Sementara yang menilai buruk/sangat buruk 24,4 persen.
Lalu, ada 37,1 persen yang menilai sedang saja, dan menjawab tidak tahu/tidak sebanyak 11,7 persen.
"Kalau kita lihat trennya secara umum dalam dua tahun terakhir ini kita mencatat ada penurunan penilaian," katanya.
"Baik dalam kondisi politik dari 41 persen pada bulan September 2019 menjadi 26,8 persen pada September 2021," sambung Sirojuddin, saat memaparkan hasil surveinya di kanal YouTube SMRC TV, Selasa (19/10/2021).
Sirojudin juga mencatat ada peningkatan penilaian negatif atas kondisi politik Tanah Air.
Tercatat, dari 14,5 persen pada September 2019 menjadi 24,4 persen pada September 2021.
"Secara umum memang kita melihat agak cenderung memburuk," kata Sirojuddin.
Sirojuddin juga memaparkan hasil survei tingkat kepuasan publik berdasarkan sejumlah variabel, di antaranya etnis.
Dia mencatat tingkat kepuasan etnis Minang dan Sunda terhadap kinerja Jokowi-Ma'ruf paling rendah dibandingkan etnis lainnya.
"Menurut demografi, kelihatannya etnis Minang (37 persen) dan etnis Sunda (49 persen) paling rendah tingkat kepuasannya terhadap kinerja Presiden Jokowi," kata Sorojuddin saat memaparkan hasil survei secara virtual, Selasa (19/10/2021).
Sementara etnis lainnya cenderung tinggi tingkat kepuasannya, yakni Batak (77 persen), Bugis (77 persen), Jawa (76 persen), Madura (68 persen), Betawi (51 persen), lainnya (70 persen).
Selain itu, Sirojuddin juga mengambil variabel lain terkait kinerja Jokowi-Maruf.
Variabel tersebut yakni berdasarkan usia, tingkat pendidikan, dan pendapatan.
Kesimpulannya, tingkat kepuasan publik usia 25 tahun dan di bawahnya lebih rendah dari yang lebih tua.
"Ini menarik karena kalangan muda, terdidik, dan berpenghasilan tinggi, kelihatannya lebih kritis terhadap kinerja Presiden Jokowi," kata Sirojudin.
Diketahui, survei SMRC digelar pada 15 - 21 September 2021 ini.
Survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan 1.220 responden.
Margin of error (MoE) survei sebesar ± 3,19 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. [qnt]