Oleh GUNUNG HUTAPEA
Baca Juga:
Yakini Putaran Kedua Pilgub Jakarta, Pemuda Pancasila Siap All-Out Dukung RK-Suswono
PASCA mundurnya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998 lalu, Indonesia
mengalami perubahan yang luar biasa dalam hal demokrasi dan kebebasan.
Rakyat Indonesia tidak hanya bisa
memilih Presiden, Wakil Presiden, Kepala Daerah, Anggota DPR, Anggota DPD,
maupun Anggota DPRD secara langsung, tapi juga bebas menyampaikan pendapatnya.
Baca Juga:
Pemuda Pancasila Sumut Siap Antar Bobby Nasution ke Kursi Gubernur
Namun, demokrasi dan kebebasan yang
dinikmati selama 23 tahun ini kemudian hanya menjadi ajang adu kuat kelompok
tertentu, bukan untuk mencari solusi demi kebaikan bersama.
Harus disadari bersama bahwa berdirinya
Indonesia ditujukan untuk meraih kehidupan masyarakat yang sejahtera dan adil.
Untuk meraih dan mewujudkannya, para
Perintis dan Pendiri Bangsa telah merancang sekaligus menetapkan pondasi yang
menjadi roh ke-Indonesia-an, yaitu Pancasila, Undang-Undang
Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam rangka meraih cita-cita itu, diperlukan komitmen dan tekad bersama. Salah satu tiang utamanya adalah menanamkan dan mengobarkan semangat persatuan yang tulus.
Namun, empat kali amandemen UUD 1945
membuahkan dinamika baru dalam proses demokratisasi di Indonesia.
Demokrasi bukan lagi untuk
mempersatukan, justru menjadi fenomena yang sering mengancam persatuan.
Demokrasi, yang pada
awalnya ditujukan untuk mencari solusi, berubah wajah menjadi ajang mengadu
kepintaran dan kekuatan kuantitatif/jumlah, sebagaimana dipertontonkan oleh
orang-orang atas nama kebebasan, ketokohan, dan ilmu
pengetahuan yang sesungguhnya sangat relatif.
Bahkan, parahnya lagi, demokrasi berkembang menjadi sangat manipulatif, serta kerap kali
disampaikan dengan tutur kata yang tidak menghargai nilai-nilai kesantunan
sebagai ciri masyarakat beragama dan berbudaya.
Karena itu, Ormas Pemuda Pancasila
memandang, sudah saatnya perlu membangun kesadaran untuk kembali menjadikan
demokrasi sebagai ajang untuk mencari solusi, bukan ajang adu ilmu, dan bukan
pula ajang adu kuat.
Kembalilah kepada jati diri Indonesia
dengan melaksanakan nilai-nilai Pancasila secara murni dan konsekuen.
Sekali Layar Terkembang, Surut Kita
Berpantang" Pancasila Abadi! (Gunung
Hutapea, Ketua
Bidang Organisasi dan Keanggotaan MPN Pemuda Pancasila)-dhn