WahanaNews.co | Kepala
Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai Demokrat, Andi Arief meminta maaf
atas peristiwa kekerasan yang dialami warga Palestina atas aksi sewenang-wenang
tentara Israel.
Ia meminta maaf kepada warga Palestina lantaran pemerintah Indonesia belum
menyatakan sikap atas ketegangan yang terjadi.
Baca Juga:
Di Tengah Konflik Panjang, Ini Rahasia Israel Tetap Berstatus Negara Maju dan Kaya
"Maafkan Indonesia, tak bisa banyak berbuat untuk
Palestina," cuitnya dalam akun Twitternya, sepertii dilihat, Rabu (12/5/2021).
Lanjut anak buah Ketum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY),
ia pun meminta kepada Palestina untuk memanjatkan doa terbaik jika suatu saat
nanti terjadi hal-hal buruk di Indonesia.
"Justru kami mohon doa, jika suatu saat terjadi di
negeri ini, bantu kami," sindirnya.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Selain itu, Ketua Umum Partai Demokrat AHY meminta
seluruh pihak yang berkonflik di daerah pendudukan untuk menahan diri dan
menghentikan kekerasan terhadap warga sipil termasuk rakyat Palestina.
"Atas nama kemanusiaan dan hukum humaniter
internasional, hal ini (kekerasan,-red) tidak bisa dibenarkan. Saya menyerukan
kepada semua pihak untuk menahan diri. Solusi damai dua negara hanya bisa
terwujud dengan cara-cara damai," kata AHY lewat pesan tertulis yang
diterima di Jakarta, Selasa (11/5).
AHY pun mengecam aksi-aksi kekerasan yang dilakukan
oleh kepolisian Israel terhadap warga sipil, termasuk Umat Islam Palestina di
Masjid Al-Aqsa pada akhir pekan lalu.
"Cara kekerasan sampai melukai warga sipil yang
tidak bersenjata, bahkan sedang beribadah sangat menyakiti kita semua,
khususnya Umat Islam," ucap AHY menambahkan.
Lebih lanjut, ia mengatakan jika konstitusi Republik
Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar Negara RI 1945 dalam bagian pembukaan
menyebutkan kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan di atas dunia
harus dihapuskan.
"Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, tidak
terkecuali bagi Bangsa Palestina," ujar AHY menegaskan.Dalam beberapa
pekan terakhir, ketegangan di daerah pendudukan, terutama Yerusalem memuncak
akibat adanya pengusiran paksa warga Palestina dari rumahnya di Sheikh
Jarrah.
Diketahui, tensi kian memanas utamanya saat aparat
keamanan Israel menghalang-halangi Umat Islam Palestina menuju ke Masjid
Al-Aqsa dan menjalankan ibadah pada minggu terakhir bulan suci Ramadan di
tempat tersebut.
Kekerasan yang dilakukan oleh anggota kepolisian
Israel di dalam kompleks Masjid Al-Aqsa berlangsung setidaknya sejak Jumat
minggu lalu (7/5/2021), yaitu saat Umat Islam Palestina akan menjalankan ibadah
Shalat Jumat terakhir pada bulan suci Ramadhan tahun ini.
Polisi Israel dilaporkan menyerang jamaah dengan
peluru karet dan granat kejut dalam kompleks Masjid Al-Aqsa, salah satu tempat
suci bagi Umat Islam, Jumat pekan lalu.
Setidaknya, lebih dari 170 warga Palestina dan enam
polisi Israel luka-luka akibat aksi kekerasan di Masjid Al-Aqsa, demikian
laporanReuters.
Satu hari setelahnya, kepolisian Israel mengerahkan
lebih banyak pasukan di Masjid Al-Aqsa dan aparat kembali menghalang-halangi
Umat Islam Palestina beribadah di tempat suci tersebut.
Banyak mobil dan bus yang mengantar jamaah
diberhentikan oleh petugas, tetapi ribuan warga Palestina memutuskan berjalan
kaki untuk tiba di Masjid Al-Aqsa. Setidaknya, 90.000 orang diperkirakan
berkumpul di Masjid Al-Aqsa, Sabtu (8/5/2021) untuk beribadah dan menyambut
datangnya Malam Lailatul Qadr.
Insiden di Masjid Al-Aqsa pada Jumat minggu lalu itu
menjadi perhatian tidak hanya masyarakat setempat, tetapi juga warga dunia,
termasuk di Indonesia, Turki, Amerika Serikat, dan banyak negara-negara
berpenduduk mayoritas Umat Islam.
Adapun, Presiden Joko Widodo pada Senin (10/5)
mengutuk keras pengusiran paksa warga Palestina di Sheikh Jarrah serta
kekerasan terhadap Umat Islam Palestina di Masjid Al-Aqsa.
"Pengusiran paksa warga Palestina dari Sheikh
Jarrah, Yerusalem Timur, dan penggunaan kekerasan terhadap warga sipil
Palestina di Masjid Al-Aqsa tidak boleh diabaikan. Indonesia mengutuk tindakan
tersebut," kata Presiden Jokowi. (Antara)