WahanaNews.co | Komunikasi tiga partai politik yaitu Nasdem, Demokrat, dan PKS terus dilakukan.
Tiga parpol itu dikaitkan akan membentuk poros koalisi menuju Pilpres 2024. Salah satu momen keakraban tiga parpol itu saat resepsi pernikahan putri Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf al Jufri.
Baca Juga:
Gubernur Gorontalo Paparkan Enam Program Infrastruktur Prioritas Kepada Menko Agus Harimurti
Selain Anies Baswedan, ada Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden PKS Ahmad Syaikhu, Ketum Nasdem Surya Paloh, hingga mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla alias JK.
Pakar politik dari Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai setiap momen Nasdem, PKS, dan Demokrat dispekulasikan dengan poros koalisi 2024.
Meski demikian, dari tiga parpol tersebut belum juga deklarasi untuk koalisi dan mengumumkan nama capresnya.
Baca Juga:
Resmi! AHY Umumkan Dewan Pakar Demokrat, Ada Andi Malarangeng dan Rachlan Nashidik
"Sudah jadi rahasia umum kalau Nasdem, PKS, dan Demokrat dikaitkan dengan poros politik yang akan berkongsi mengusung Anies di 2024," kata Adi melansir VIVA, Senin malam, 17 Oktober 2022.
Adi menyampaikan demikian karena antar tiga parpol itu sudah saling melempar pujian. Elite tiga parpol itu terkesan sudah saling cocok.
Kini, publik tinggal menunggu kepastian koalisi dengan deklarasi atau tidak.
"Antar tiga partai ini sudah saling puji, sudah merasa saling cocok, pertanyaannya kapan ini dideklarasikan? Itu yang pertama," jelas Adi.
Pun, yang kedua menurutnya mungkin ada sesuatu yang belum selesai antara tiga parpol tersebut.
Ia menganalisa belum selesai yang dimaksud menentukan siapa cawapres pendamping untuk Anies Baswedan.
Bagi Adi, poros tiga parpol tersebut diuji soal penentuan cawapres. Dia menekankan dari poros ini kemungkinan besar sudah sepakat Anies sebagai capres.
"Karena apa pun judulnya, Demokrat itu masih mematok harga mati AHY sebagai kandidat cawapres. Kalau AHY nggak bisa diterima untuk mendampingi Anies ya publik juga nggak terlalu yakin kalau Demokrat akan bergabung," tutur Adi.
Begitu juga menurutnya dari sudut pandang PKS. Dia mengatakan PKS mungkin berpikir coattail effect atau efek elektoral dari Anies sebagai capres.
"Jangan-jangan setelah Anies dideklarasikan Nasdem, suara publik PKS akan migrasi ke Nasdem. Bagaimana mensiasati poros ini terbentuk tapi jangan suara PKS di Pileg itu jangan tergerus," ujarnya.
"Hal-hal semacam ini tentu menjadi kerumitan untuk membentuk poros politik di 2024," sebut Adi. Meski demikian, ia menilai dari chemistry, Nasdem, Demokrat, dan PKS berpotensi besar bisa membentuk poros koalisi.
"Karena kalau melihat chemistry, kesamaan, rasa-rasanya ketiga partai ini sudah merasa saling cocok. Cuma tinggal pertanyaannya, kapan mau dideklarasikan? tutur Adi.
Bagi Adi, soal poros 2024 masih cair dinamikanya. Dalam politik yang berujuan untuk mendapatkan kekuasaan, segala kemungkinan bisa terjadi. Apalagi, ia menyinggung jika melihat koalisi yang ada saat ini, belum ada yang definitif terbentuk.
Adi mencontohkan seperti Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang diinisiasi Golkar, PAN, dan PPP.
"Begitupun poros politik lain, sudah terbentuk cuma belum definitif seperti KIB. Begitu pun capres-cawapresnya belum ada," tutur Adi. [tum]