WAHANANEWS.CO, Jakarta - Satu lagi tokoh sentral kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) tumbang dalam operasi militer TNI di wilayah rawan konflik.
Kontak tembak terjadi pada Selasa sore (5/8/2025) di Kampung Mukoni, Distrik Mukoni, Kabupaten Lanny Jaya, Papua Pegunungan, dan menewaskan Mayer Wenda alias Kuloi Wonda, yang selama ini dikenal sebagai Wakil Panglima Kodap XII/Lanny Jaya dan otak dari berbagai aksi kekerasan bersenjata di Papua sejak lebih dari satu dekade terakhir.
Baca Juga:
TNI Lumpuhkan 3 Anggota OPM dan Rebut Kembali Senjata yang Dirampas Sejak 2019
Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Kristomei Sianturi, menjelaskan bahwa operasi tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan tugas pokok TNI dalam kerangka Operasi Militer Selain Perang (OMSP), sesuai Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2025 tentang Perubahan atas UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI.
“Operasi ini merupakan bagian dari pelaksanaan tugas pokok TNI dalam OMSP,” ujarnya pada Rabu (6/8/2025).
Mayer Wenda, yang telah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) sejak 2014, diketahui bertanggung jawab atas sejumlah aksi bersenjata besar di Papua, termasuk pembunuhan aparat keamanan dan pembakaran kantor polisi.
Baca Juga:
Sederet Jejak Aksi Brutal Komandan OPM Enos Tipagau yang Tewas di Tangan TNI
Panglima Komando Operasi Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto, mengatakan bahwa Mayer terlibat dalam berbagai aksi kekerasan sejak 2012, termasuk pembunuhan anggota Polri, perampasan senjata, hingga penganiayaan terhadap warga sipil.
“Setelah sempat menghilang, pada tahun 2014 ia kembali muncul dan memperkuat sayap bersenjata OPM di Lanny Jaya. Dia memegang peran strategis sebagai Wakil Panglima Kodap XII,” jelas Lucky.
Ia menyebut bahwa kehadiran Mayer menjadi ancaman besar bagi stabilitas keamanan di wilayah pegunungan Papua.
Dalam kontak tembak yang terjadi saat penyergapan oleh Satgas Koops Habema, Mayer bersama kelompoknya melakukan perlawanan bersenjata, yang kemudian dibalas oleh pasukan TNI dengan tindakan tegas dan terukur.
Mayer tewas di tempat bersama seorang pria lain yang diduga merupakan adiknya, Dani Wenda. Jenazah keduanya langsung dievakuasi ke RSUD Wamena untuk proses identifikasi lebih lanjut.
Dari lokasi kejadian, TNI mengamankan sejumlah barang bukti berupa satu pucuk senjata api jenis revolver, dua puluh empat butir amunisi, dua unit ponsel, dua kartu identitas atas nama Dani Wenda dan Pemina Wenda, uang tunai senilai Rp65.000, serta satu buah noken khas Papua.
“Keberhasilan ini menunjukkan komitmen Koops Habema dalam menciptakan kedamaian dan rasa aman, khususnya menjelang HUT ke-80 Kemerdekaan RI,” tegas Mayjen Lucky Avianto.
Mayjen Kristomei Sianturi juga menegaskan bahwa seluruh rangkaian tindakan prajurit dilakukan secara profesional dan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
“Keberhasilan ini membuktikan bahwa setiap tindakan prajurit TNI terhadap kelompok bersenjata dilakukan secara profesional, terukur, dan berdasarkan aturan perundang-undangan,” ucapnya.
Meski begitu, TNI tetap membuka pintu dialog dan rekonsiliasi bagi anggota OPM yang ingin menghentikan perjuangan bersenjata dan kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“TNI menyambut dengan tangan terbuka apabila ada anggota OPM yang menyadari kekeliruannya dan ingin kembali membangun Papua demi masa depan masyarakat yang damai dan sejahtera,” tutur Kristomei menutup pernyataannya.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]