WahanaNews.co, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko, mengungkapkan bahwa hasil perhitungan cepat Pemilihan Presiden 2024 melewati perkiraan internal yang telah dibuat sebelumnya.
Pernyataan ini disampaikan Budiman saat berbicara di Istora Senayan, Jakarta, pada Rabu (14/2/2024), saat merayakan hasil perhitungan cepat Pemilu 2024.
Baca Juga:
Drajad Wibowo Bahas Rencana Pembentukan Kementerian Perumahan oleh TKN Prabowo-Gibran
Budiman menjelaskan bahwa saat ini bukanlah momen untuk melakukan deklarasi, melainkan saat untuk merayakan pencapaian.
Ia menekankan bahwa ini bukanlah suatu pernyataan, tetapi sebuah perayaan, merespon pertanyaan dari wartawan.
“Lho kenapa merayakan padahal belum ada hasil yang formal? Saya kira pasalnya memang belum ada hasil yang formal yang diputuskan oleh Komisi pemilihan Umum (KPU), tetapi kita selalu melihat apa yang de facto di lapangan,” tambahnya, melansir Kompas TV.
Baca Juga:
TKN Tantang Partai Banteng Tarik Semua Menterinya
Menurutnya, proses bernegara dan berdemokrasi menggunakan kaidah-kaidah ilmiah, termasuk yang digunakan oleh sejumlah lebaga survei kredibel.
“Kaidah-kaidah ilmiah yang sudah dijalankan oleh sejumlah lembaga survei kredibel menunjukkan angka-angka kemenangan yang meyakinkan, di mana kita rata-rata 58 (persen),” tuturnya.
“Itu melampaui harapan dan proyeksi kami yang kami buat di TKN, di mana survei internal kita kisarannya 54 dan 55 (persen). Jadi kami ini sedang menikmati happy surprise, kejutan yang menyenangkan.”
Tapi, kata dia, meski menyenangkan, hasil itu tetap merupakan kejutan yang harus ditindaklanjuti dan ditelisik penyebabnya.
“Harus kita telisik, apakah melampaui angka perkiraan kita itu karena kekuatan yang kita tidak sadari atau jangan-jangan karena kelemahan kompetitor kita yang belum kita lihat.”
“Karena itu, setelah ini, TKN tidak berhenti, setelah selebrasi ini kita akan diskusi lagi, kita akan analisis lagi. Jadi ini bukan deklarasi, tapi selebrasi atas angka-angka itu,” tuturnya.
Ia kemudian menyebut bahwa pada pilpres di sejumlah negara, kandidat yang kalah di hasil hitung cepat akan mengucapkan selamat dalam waktu tidak terlalu lama.
“Biasanya calon-calon yang menurut lembaga survei, apalagi berdasarkan quick count itu sudah menunjukkan kekalahan, biasanya nggak butuh terlalu lama, nggak harus menunggu 24 jam untuk mengucapkan selamat pada calon yang menurut quick count menang.”
“Jadi menurut saya, kita tunggu apakah capres lain yang mempunyai pengalaman hidup di negara barat cukup lama seperti Pak Anies juga akan mengikuti tradisi itu,” tambahnya.
Atau, lanjut dia, Ganjar sebagai seseorang yang dibesarkan dalam kultur Jawa tentunya juga memiliki etika dan unggah-ungguh Jawa.
“Apakah bisa memberikan pernyataan selamat pada Pak Prabowo, itu tergantung pada mereka masing-masing.”
“Kami sendiri tidak menuntut itu karena memang tidak ada basis hukumnya, cuma tradisi saja,” tambahnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]