"Sehingga, kekuatan unsecond voters inilah yang nantinya akan menjadi penentu dan efek kejut pada tanggal 14 Februari nanti," sambung Hasto.
Hasto menjelaskan masyarakat sudah cerdas dalam memilih pemimpin yang memiliki rekam jejak yang baik, dan juga rakyat tidak suka dengan pemimpin yang emosional.
Baca Juga:
Usulan Polri di Bawah Struktur Kemendagri Ditolak Tito Karnavian
"Pemimpin yang memiliki rekam jejak yang baik keluarga yang baik, keluarga yang tidak emosional, pemimpin yang tidak pernah rekayasa hukum, itulah yang akan dipilih oleh rakyat," ungkapnya.
Selain itu, Hasto melihat fenomena masyarakat yang ditanya oleh lembaga survei enggan menyebutkan pilihan mereka. Pasalnya, rakyat sudah memahami hasil lembaga survei tersebut akan direkayasa.
"Ya, kami melihat seperti itu. Rakyat ditanya oleh lembaga survei banyak yang menyembunyikan pilihannya karena mereka tahu bahwa apa yang disuarakan itu nanti muncul manipulasi dari pemberian iming-iming yang kemudian tidak diinginkan oleh rakyat," katanya.
Baca Juga:
PDIP Bantah Alwin Jabarti Kiemas Keponakan Megawati
Hasto berpendapat bahwa masyarakat ingin melihat nilai dari suara mereka dihormati dan tidak diperdagangkan untuk kepentingan pasangan calon tertentu.
"Ia menilai bahwa rakyat menginginkan agar suara mereka dihargai dan tidak dijadikan sebagai alat tawar-menawar. Terlebih lagi, dukungan lebih dari 30 persen terhadap pasangan calon nomor urut 02 diakui sebagai kontributor utama dalam perekonomian nasional. Ini menandakan bahwa kekuatan rakyat akan berhadapan dengan kekuatan oligarki, sehingga kebanyakan dari mereka tidak percaya pada hasil survei," ungkap Hasto.
Selain itu, Hasto mengklaim bahwa masyarakat memberikan respons positif terhadap Ganjar dan Mahfud, khususnya setelah debat calon presiden dan calon wakil presiden beberapa waktu lalu.