WahanaNews.co | Kapal selam KRI Alugoro-405 berhasil menyabet predikat Zero Defect.
Zero defect adalah konsep dalam industri yang menghendaki tidak adanya defect atau cacat produk dalam setiap proses produksi.
Baca Juga:
Puing dan Sisa Tubuh Penumpang Kapal Titan Akhirnya Ditemukan!
Tim produksi biasanya menggunakan zero defect ini sebagai yel yel atau slogan sebelum memulai proses produksi agar lebih semangat dan dihasilkan pekerjaan zero mistake.
Kapal selam Alugoro-405 merupakan produk ketiga dari Batch Pertama kerjasama pembangunan kapal selam antara PT PAL Indonesia (Persero) dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME).
Saat proses pengembangannya, tentu kapal ini menjalani berbagai tes.
Baca Juga:
Bawa 55 Pelaut, Kapal Selam Nuklir China Dilaporkan Terperangkap di Dasar Samudera
Salah satunya adalah tahapan Nominal Diving Depth (NDD) di Perairan Utara Pulau Bali.
Dikutip dari pal.co.id, NDD merupakan bagian dari 53 item Sea Acceptance Test (SAT) Kapal Selam Alugoro.
Tahapan NDD dinyatakan berhasil, Kapal Selam Alugoro berhasil menyelam hingga kedalaman 250 meter.
Pembangunan kapal selam yang berhasil ini menjadikan Indonesia satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang mampu membangun kapal selam.
Tak hanya itu, dalam pengerjaan joint section, PT PAL Indonesia (Persero) berhasil menyelesaikan dengan predikat Zero Defect.
Untuk spesifikasinya, KRI Alugoro-405 memiliki spesifikasi panjang 61,3 meter, kecepatan maksimal saat menyelam 21 knot, dan kecepatan maksimal di permukaan 12 knot.
Keberhasilan pengembangan kapal selam dalam negeri ini rupanya menarik perhatian pasar global.
Diketahui, Filipina pun sudah dua kali beli kapal ke PT PAL Indonesia. PT PAL Indonesia dan Department of National Defense (DND) Filipina telah berhasil menemukan kesepakatan mengenai ekspor Landing Dock ke Filipina.
Kesepakatan itu dilangsungkan di Departemen Pertahanan Nasional Filipina pada Jumat, 24 Juni 2022.
Melansir @ptpal_indonesia, ini merupakan kali kedua PT PAL Indonesia berhasil memenangkan pasar ASEAN dalam ekspor kapal jenis Landing Platform Dock (LPD) kepada Filipina.
Terpilihnya PT PAL Indonesia salah satunya juga karena kepuasan Pemerintah Filipina dan Angkatan Laut Filipina terhadap alutsista buatan Indonesia.
Seperti yang diketahui, sebelumnya negara itu juga memesan 2 unit Landing Dock atau Strategic Sealift Vessel (SSV) yang telah diserahterimakan oleh PAL beberapa tahun lalu.
Melansir website resmi pal.co.id, Kapal Landing Dock merupakan kapal pendukung atau support dalam pelaksanaan operasi militer.
Dalam peperangan laut, Landing Dock memiliki nilai yang sangat strategis.
Hal ini dikarenakan kapal tersebut mampu menghadirkan efek kejut atau pendadakan terhadap musuh.
Selain itu, berdasar pada UU TNI No. 34 tahun 2004, dalam misi OMSP, Kapal BRS dapat melaksanakan tugas operasi membantu menanggulangi akibat bencana alam.
Hal ini termasuk pengungsian hingga pemberian bantuan kemanusiaan serta membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue).
Tidak terbatas pada scope tersebut, Kapal Landing Dock juga memiliki tugas pelaksanaan misi diplomasi internasional.
Kapal Landing Dock mampu mengangkut 35 kendaraan seperti truk angkut personel, tank tempur ringan, dan kendaraan taktis lainnya.
Selain itu kapal tersebut dapat mengakomodasi dan menerjunkan 507 prajurit dengan perlengkapan tempur, dan 126 kru kapal.
Masing-masing dilengkapi dengan dua wahana pendarat personel (LCVP) 23 meter untuk menerjunkan pasukan pendarat tempur di wilayah pantai musuh.
Kualitas, ketahanan, dan ketangguhan kapal Landing Dock produksi PT PAL Indonesia (Persero) telah teruji.
Beberapa misi operasi TNI AL melibatkan Kapal Landing Dock produksi PT PAL Indonesia (Persero) seperti Operasi Pembebasan MV Sinar Kudus yang disandera di perairan Somalia pada tahun 2012 yang lalu. [qnt]