WahanaNews.co | Bripda Tazkia Nabila Supriadi, anggota Ditsamapta Polda Kalteng jadi sasaran bogem anggota TNI dari Batalyon Rider 631 Antang. Insiden ini jadi sorotan netizen.
Kabid Humas Polda Kalimantan Tengah, Kombes Pol Kismanto Eko Saputro, membenarkan insiden pemukulan yang dialami Bripda Tazkia dilakukan Personel TNI Komando Resor Militer (Korem) Batalyon 613 Antang.
Baca Juga:
Tingkatan Jumlah Polwan Agar Ideal, Polri Butuh Kajian Mendalam
"Mereka dari oknum TNI ya, jadi permasalahan di jalan lah gitu kan sama Anggota Polri," kata Kismanto saat dikonfirmasi, Selasa (7/12).
Kismanto merinci kejadian pada Sabtu (4/12) lallu. Menurutnya, malam itu Tazkia bersama Tim Raimas melakukan patroli imbauan protokol kesehatan kepada masyarakat, mulai dari 19.00 Wib sampai 00.00 Wib malam.
Saat berpatroli, Tim Raimas melihat ada keributan melibatkan sejumlah orang di jalanan. Tazkia bersama rekannya yang memakai seragam patroli, lengkap dengan body armor beserta helm masuk ke tengah-tengah keributan tersebut dengan maksud hendak melerai.
Baca Juga:
Korlantas Polri Buka Suara soal, Polwan Viral Tegur Pria Tak Sopan
Imbauan dari personel raimas malah tak dihiraukan. Tazkia malah mendapatkan pukulan dari salah satu orang yang berada di kerumunan itu.
"Mungkin karena dianggapnya pakai baju polisi bagaimana, dipukuli (Tazkia) mungkin karena kondisi malam, sudah bilang saya polwan, tetapi tetap dipukuli," terang Eko.
Semula, Bripda Tazkia tidak mengetahui jika yang terlibat keributan adalah anggota TNI. Sebab tidak mengenakan seragam militer. Perihal TNI ribut dengan siapa, dia mengaku tidak tahu.
"Yang berkelahi (TNI) pakai baju preman, tapi enggak tahu kan siapa yang berkelahi awalnya. Ngakunya dari Batalyon Antang. Padahal udah ngomong saya Polwan (Tetapi tetap dipukul). Ya mungkin, enggak ngerti juga, mungkin terlanjur emosi ya bisa," sambungnya.
Menurut Eko, pemukulan itu menyebabkan Bripda Tazkia luka ringan memar pada bagian tangan dan kepala yang saat ini telah membaik.
"Memar di tangan, kepalanya enggak kenapa-kenapa, kemarin ketemu sudah sembuh. Sudah sehat sih ga ada masalah, iya di tangan kiri. Di kepala tapi sudah sembuh, tidak ada gejala," jelasnya.
Sudah Dilakukan Mediasi
Atas insiden ini, baik pihak TNI dan Polri telah berdamai dan melakukan mediasi guna mencari titik penyelesaian.
Sedangkan untuk dua anggota TNI yang terlibat pemukulan telah dilakukan pemeriksaan di POM TNI AD. Termasuk Tazkia telah dimintai keteranganya oleh Propam Polda Kalteng.
"Tetap diproses hukum, yang terlibat awal itu 2 orang TNI. Iya (Tazkia sudah) diperiksa Propam dan (Personel TNI) diperiksa POM TNI AD," sebutnya
Eko sekaligus mengkonfirmasi kronologi insiden pemukulan Bripda Tazkia yang beredar di media sosial. Menurutnya, penjelasan darinya adalah yang resmi.
"Kronologis yang beredar di Twitter enggak benar, yang benar saya ceritain ini. Gak tahu siapa juga yang buat," ujarnya.
Sebelumnya, informasi yang beredar, peristiwa bermula saat Bripda Tazkia Nabila Supriadi dan rekan-rekannya yang tergabung dalam tim pengurai massa (raimas) melaksanakan patroli KRYD pada Sabtu (4/12) pukul 22.30 Wib. Patroli dilakukan di kawasan Jl Pameran Temanggung Tilung Palangkaraya dan sekitarnya.
Seusai patroli, dalam perjalanan tepatnya di Jalan Tjilik Riwut Km 02, tim melihat ada kerumunan. Bripda NLR yang menggunakan sepeda motor coba melerai.
Tetapi mendapatkan perlawanan dari seseorang mengaku anggota Batalyon Rider 613 Antang. Brida NLR dipukul di bagian bibir dan kepala belakang. Bripda Tazkia yang juga ada di lokasi, menjadi sasaran pemukulan di bagian kepala belakang dan luka memar di tangan kiri.
Setelah itu, anggota Raider yang datang ke lokasi semakin banyak. Hal itu membuat Ipda DA sebagai pimpinan di lapangan memanggil personel raimas yang standby membantu melerai kerumunan, tetapi kembali mendapatkan perlawanan berupa pemukulan. Polisi lainnya berinisial Bripda SRS juga mendapatkan pukulan di kepala.
Ipda DA kemudian memutuskan menarik mundur anggota raimas untuk selanjutnya melaporkan kejadian itu ke Provos Batalyon Rider 613 Antang. Tetapi tidak direspons dengan baik dari petugas piket.
Jawaban didapat tak ada prajurit yang keluar pada malam itu. Malah saat seorang personel rainmas merekam suasana, diancam akan dihancurkan ponselnya. Karena mendapat respons tidak baik, Ipda DA memerintahkan anggotanya kembali ke mako Ditsamapta Polda Kalteng dan melaporkan kepada pimpinan. [rin]