WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kericuhan mewarnai jalannya Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Ancol, Jakarta, Sabtu (27/9/2025), ketika sejumlah kader terlibat adu mulut hingga berkelahi di tengah pembukaan acara.
Suasana panas itu muncul saat Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PPP Muhamad Mardiono menyampaikan pidatonya di hadapan para peserta.
Baca Juga:
Muktamar PPP Memanas, Mardiono Disoraki Kader dengan Teriakan “Gagal Senayan”
Dalam pantauan, kubu kader terpecah menjadi dua, sebagian meneriakkan “Lanjutkan” untuk mendukung Mardiono, sementara lainnya berteriak “Perubahan” untuk mendesak hadirnya pemimpin baru.
Teriakan berulang kali dilontarkan hingga membuat pembawa acara mencoba meredakan situasi dengan meminta peserta melantunkan sholawat.
Namun, kondisi tetap tidak terkendali karena kedua kubu saling berbalas teriakan dari awal hingga akhir pidato Mardiono.
Baca Juga:
Pram-Rano Menang Pilkada Jakarta 2024, PSI-PPP Ucapkan Selamat
Setelah acara pembukaan selesai, Mardiono meninggalkan lokasi dengan diiringi para pendukungnya yang terus meneriakkan “Lanjutkan”.
Saat itu, sekelompok kader PPP dari kubu berbeda melintas sambil berteriak “Perubahan” ke arah Mardiono.
Teriakan tersebut membuat pendukung Mardiono tersulut emosi hingga terjadi keributan yang berujung pelemparan kursi.
“Woi, ganggu woi! Woi, berhentikan itu, lagi konpers!” balas para kader yang mendukung Mardiono.
Sejumlah kader terlihat saling serang hingga pihak pengamanan internal PPP harus turun tangan untuk melerai.
Meski demikian, ketegangan masih terasa lantaran perbedaan pandangan terkait arah partai menjelang pemilihan ketua umum.
Wakil Ketua Umum DPP PPP, Rusli Effendi, angkat bicara dengan meminta seluruh peserta muktamirin menahan diri.
“Perbedaan pendapat pasti ada dalam pemilihan ketua umum. Namun, bedanya ada yang mengedepankan kesantunan dan ada yang tidak. Jadi kami minta untuk semua muktamirin menahan diri untuk tidak mencederai proses pelaksanaan Muktamar X,” ujar Rusli di Ancol.
Ia menegaskan bahwa PPP sebagai partai Islam seharusnya tidak mengedepankan kekerasan dan keributan.
Rusli menambahkan dirinya tidak ingin PPP kembali terjebak konflik seperti pada masa Romahurmuziy (Rommy) dan Djan Farid yang membuat partai terbelah menjadi dua kubu.
“Saya rasa konflik itu hanya membuat kita semakin jauh dengan masyarakat dan merupakan satu hal yang menyebabkan PPP ada di titik ini. Semoga tidak terulang kembali,” pungkasnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]