WahanaNews.co | Pengacara Erman Umar membeberkan alasan kliennya, Bripka Ricky Rizal (RR), berbalik arah dari skenario Irjen Ferdy Sambo. Menurutnya, hal itu tak terlepas dari dukungan keluarga Bripka Ricky.
Erman mengatakan pihak keluarga Bripka Ricky terus memantau perkembangan kasus dugaan pembunuhan Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat (J) ini. Kemudian, mereka mendengar soal peran Sambo yang menjadi mastermind dalam kasus ini.
Baca Juga:
Kuat Ma’ruf dan Bripka RR Hadirkan Saksi Meringankan di Sidang Hari Ini
"Ya mungkin mendengar-dengar berita yang jelek terhadap berita Sambo ini, akhirnya dia minta.... Ya karena berita-berita rekayasa ini berkembang. Mereka nggak mau (RR ikut skenario Sambo) karena keluarga mereka ini keluarga polisi semua," kata Erman kepada wartawan, Rabu (7/9/2022).
Dia mengatakan sejumlah orang di keluarga Bripka Ricky bekerja menjadi abdi negara sebagai anggota polisi dan TNI. Dia mengatakan Bapak Bripka Ricky yang sudah meninggal pernah menjabat kapolsek.
"Jadi makanya saya dibilang gini 'tolong jaga, makanya bicara benar. Jangan dekati Sambo, jangan ini...'. Makanya pakai LPSK, kami siapin semuanya itu," ujar dia.
Baca Juga:
Rekening Bripka RR Simpan Ratusan Juta untuk Anak Sambo Main Game
Meski begitu, dia tidak memungkiri bahwa Bripka Ricky masih takut terhadap Sambo yang pernah menjadi atasannya. Momen itu diketahui saat terjadi pemeriksaan dengan metode konfrontasi.
Saat itu penyidik kepolisian mempertemukan kelima tersangka untuk diuji alibi masing-masing terkait kasus dugaan pembunuhan Brigadir J.
"Kan nggak bisa dihindari juga psikologi, dia takut sama Sambo. Kan sewaktu konfrontasi itu Sambo kan masih ada garang-garangnya kan," tuturnya.
Di sisi lain, Erman mengaku juga melakukan psy war dengan Sambo. Dia mengatakan Sambo sempat memperhatikannya secara detail.
Erman menganggap Sambo sedang mencari tahu soal sosoknya. Sebab, menurutnya, Sambo juga sempat menunjuk pengacara untuk menjadi penasihat hukum salah satu tersangka lain, Bharada Richard Eliezer (RE atau E).
"(Sewaktu) melihat saya, begini Sambo (menirukan gestur melihat sinis). Mungkin dia menyelidik dia, kan selama ini dia cuma menyiapkan pengacara Bharada RE. Sekarang dilihat, 'wah, gaya juga pakai jas' (pengacara Bripka Ricky)," kata dia.
"Bisa juga dari mata dia (dimaknainya) 'jangan-jangan bahaya ada dua nih'. Kan bisa saja kan, secara psikologi, matanya melihat saya seperti menyelidik juga. Makanya saya menantang (melotot) juga. Tapi lama-lama ya pelan terus," tambah dia.
Bripka Ricky Lolos Uji Kebohongan
Sebelumnya diberitakan, Bareskrim Polri memeriksa Bharada Richard Eliezer, Bripka Ricky, dan Kuat Ma'ruf menggunakan alat pendeteksi kebohongan (lie detector). Hasilnya, ketiga tersangka kasus dugaan pembunuhan Brigadir J itu dinyatakan jujur dalam menjalani pemeriksaan.
"Barusan saya dapat hasil sementara uji poligraf terhadap RE, RR, dan KM, hasilnya 'no deception indicated' alias jujur," kata Dirtipidum Bareskrim Polri Brigjen Andi Rian saat dimintai konfirmasi, Selasa (6/9).
Andi menegaskan pemeriksaan dengan metode ini bertujuan memperkaya bukti petunjuk. Dia tak menjelaskan detail materi pemeriksaan ketiga tersangka dugaan pembunuhan Yosua itu.
"Uji poligraf sekali lagi saya jelaskan bertujuan untuk memperkaya alat bukti petunjuk," katanya.
Sementara itu, Putri Candrawathi dan asisten rumah tangganya, Susi, juga bakal diperiksa dengan lie detector hari ini. Sementara Irjen Ferdy Sambo dijadwalkan pada Kamis lusa (8/9).
Kasus Brigadir J Tewas Ditembak
Seperti diketahui, Brigadir J tewas dengan luka tembak di tubuhnya. Penembakan itu terjadi di rumah dinas Ferdy Sambo, Duren Tiga, Jakarta Selatan, pada Jumat (8/7).
Dalam kasus ini, lima orang ditetapkan sebagai tersangka. Mereka adalah Bharada Richard Eliezer atau Bharada E, Irjen Ferdy Sambo, Bripka Ricky Rizal, Kuat Ma'ruf, dan istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi.
Mereka dijerat Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana subsider Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan juncto Pasal 55 juncto 56 KUHP. Kecuali Putri, keempat tersangka sudah ditahan. [rin]