WahanaNews.co, Jakarta - Pengamat politik Ujang Komaruddin mengungkapkan pandangannya bahwa Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan NasDem memiliki potensi untuk bergabung dalam kabinet Prabowo Subianto.
Ujang menyatakan bahwa terdapat perbedaan dalam alasan mengapa dua partai muslim dengan akar rumput yang berbeda tersebut mungkin akan mendekatkan diri ke Prabowo.
Baca Juga:
Pasca Dilantik Jadi Anggota DPR RI, H Sudjatmiko Tasyakuran Bareng Tim Pemenangan
Menurut Ujang, PKB selama ini tidak terbiasa menjadi partai oposisi.
Di sisi lain, Ujang menyebut bahwa PKS memiliki kedekatan dengan Prabowo, yang telah terjalin melalui kerjasama dalam Pilpres 2014, pemilihan gubernur Jakarta 2017, dan pemilihan presiden 2019.
"Yang kelihatannya beroposisi hanya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan," kata Ujang yang merupakan dosen ilmu politik di Universitas Al Azhar Indonesia, melansir Tempo, Rabu (21//2/2024).
Baca Juga:
Daftar Lengkap 580 Anggota DPR Terpilih 2024-2029 Bakal Ikuti Pelantikan Hari Ini
Sejauh ini, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan partainya siap berada di luar pemerintahan.
Pernyataan Hasto dilontarkan Kamis, (15/2/2024), hanya satu hari setelah penyelenggaraan pencoblosan.
Hasto menyebut partai berlambang banteng moncong putih itu siap berjuang di luar pemerintahan, melalui parlemen untuk menjalankan tugas check and balance.
Sebelumnya, Jokowi bertemu dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh di Istana Merdeka, Jakarta, pekan lalu.
Partai NasDem pimpinan Surya Paloh mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden di Pilpres 2024.
"Ini dilihat sebagai indikasi NasDem gabung kubu Prabowo dalam pertemuan dengan Jokowi karena selama hampir 10 tahun partai itu ada dalam pemerintahan," ujarnya.
Jokowi, menurut Ujang, berdampak besar sebagai king maker Prabowo yang berpasangan dengan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka.
Jokowi mengatakan pertemuannya dengan Surya merupakan persamuhan politik biasa. Namun, dia mengharapkan pertemuannya dengan Surya dapat membawa manfaat.
Presiden menyebut komunikasi dia dan Surya masih tahap awal. Dia mengatakan politik adalah urusan partai. Meski begitu, Jokowi ingin menjadi 'jembatan'.
"Ya (jembatan) semuanya. Saya ingin menjadi jembatan untuk semuanya," kata Jokowi, melansir Tempo.co, Rabu (21/2/2024).
Dinamika Politik
Di Pilpres 2024, Anies berpasangan dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
Anies sudah menyatakan kepada para pendukungnya bahwa dirinya tetap berada di gerakan perubahan tanpa bergeser sedikitpun.
"Saya sampaikan seluruh pejuang perubahan. Bahwa saya berada dalam gerakan perubahan ini tak bergeser sedikit pun," kata Anies.
Ujang Komaruddin, yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Review menganggap peta politik saat ini masih sangat dinamis.
Namun, dia memberi catatan bahwa Anies yang teguh pada gerakan perubahan dapat ditinggalkan.
"Anies bukan ketua umum partai," kata Ujang.
Wakil Ketua Umum Partai NasDem, Ahmad Ali, menyatakan bahwa pihaknya hingga saat ini belum mendapatkan tawaran dari pasangan Prabowo-Gibran.
Ali mengungkapkan hal ini ketika dihubungi pada Sabtu, 17 Februari, satu hari sebelum pertemuan antara Jokowi dan Surya.
Ketua Fraksi PKB di DPR, Cucun Ahmad Sjamsurijal, menyatakan bahwa PKB belum mengambil keputusan terkait apakah akan bergabung dengan koalisi pemerintah atau menjadi oposisi setelah Pemilu 2024.
Cucun menjelaskan, "Sampai saat ini, DPP PKB belum merencanakan langkah-langkah terkait koalisi atau apapun," yang diungkapkan di Kantor DPP PKB, Jakarta Pusat.
Juru Bicara PKS, Muhammad Kholid, menyatakan bahwa fokus PKS saat ini adalah mengawal hasil suara Pemilu.
Kholid menekankan bahwa PKS menghormati langkah-langkah politik dari partai lain dan memberikan respons terhadap pertemuan antara Surya Paloh dan Presiden Joko Widodo.
"Jangan buru-buru, ojo kesusu, perjuangan kami mengawal suara rakyat belum tuntas. Izinkan kami tuntaskan perjuangan kawal suara ini dengan sebaik-baiknya," kata Kholid.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]