WahanaNews.co, Jakarta - Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Panama yang juga merangkap kedutaan untuk Honduras, Kosta Rika, dan Nikaragua, Sukmo Harsono, memberikan tanggapan terhadap pendapat calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan, terkait kepemimpinan global. Sukmo mengkritik dengan mengatakan bahwa Anies kurang memahami secara mendalam masalah kepemimpinan global.
"Anies Bawesdan pikniknya kurang jauh, sehingga ujug-ujug ingin menjadi top leader di dunia," kata Sukmo, melansir detikcom, Selasa (9/1/2024).
Baca Juga:
Acungkan Salam Tiga Jari, Anies Kembali Jamu Pramono-Rano
Sukmo mengatakan kepemimpinan Indonesia saat ini dalam tataran internasional berada di posisi penghormatan cukup tinggi. Dia menyebut penghormatan itu baik oleh Amerika maupun negara Eropa dan kawasan Selatan-Selatan.
"Dalam hal kerja sama Selatan-Selatan ini pada dasarnya dilatarbelakangi perjalanan sejarah negara-negara yang memiliki pengalaman pembebasan masyarakat dan bangsa dari sisa-sisa penjajahan, kemiskinan, penindasan dan keterbelakangan," ujarnya.
"Indonesia terus berbagi pengalaman bagaimana bangkit dari berbagai krisis, semisal akibat Covid-19," sambungnya.
Baca Juga:
Prabowo Tampil Berwibawa di Mata Dunia, Anies: Lawatan Internasional Sangat Produktif!
Sebab itu, dia menilai Anies gagal paham terkait hubungan internasional. Sukmo lantas mencontohkan peran Indonesia saat G20.
"Keinginan capres Anies ujug-ujug ingin menjadi leader di kepimpinan global menunjukkan gagal paham tentang hubungan internasional," jelasnya.
"Keberhasilan Indonesia sebagai Presidency G20 dengan standar tinggi, keketuan ASEAN yang berhasil dalam membawa ASEAN menjadi mitra penting negara-negara maju," lanjut dia.
Waketum Partai Bulan Bintang non-aktif ini juga mencontohkan pada saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang diterima oleh Presiden Ukraina dan Rusia, di saat dalam kondisi perang. Menurutnya, hal itu menjadi bukti Indonesia telah menjadi negara dengan yang memiliki kekuatan kepemimpinan global.
"Dalam krisis di Gaza sikap Indonesia menjadi rujukan bagi negara-negara saat voting mengecam Israel," paparnya.
Maka, menurutnya, pernyataan Anies ingin menjadi top leader hanyalah bualan. Dia menilai dengan sikap Anies seperti itu, sama dengan tidak mengakui keberhasilan kepemimpinan yang ada saat ini.
"Sekali lagi keinginan Anies membawa misi kebudayaan saat berkunjung ke luar negeri menandakan bahwa batapa minimnya referensi," tuturnya.
"Misi kebudayaan Indonesia sudah mendunia dengan kerja sama selama ini dengan pemprov, KBRI , swasta, dan BUMN dalam berbagai pameran termasuk dalam dalam pameran dagang pun misi kebudayaan masuk di dalamnya," imbuh dia.
Sebelumnya diberitakan, Anies Baswedan berbicara mengenai visi-misinya tentang hubungan internasional bernegara. Anies mengatakan jika terpilih sebagai presiden, dia akan mengembalikan posisi Indonesia menjadi pelaku utama di konstelasi global.
"Ketika kepercayaan Bapak, Ibu, sekalian diberikan kepada kami, maka kami insyaallah akan mengembalikan posisi Indonesia menjadi pelaku utama di dalam konstelasi global, Indonesia tidak hadir sebagai penonton tapi Indonesia hadir sebagai penentu arah perdamaian, kemakmuran bagi seluruh bangsa di level global maupun di level regional," ujar Anies dalam Debat Pilpres 2024, Minggu (7/1/2024).
Anies Baswedan menyatakan bersama pasangannya, Muhaimin Iskandar, memiliki rencana untuk memperkuat Indonesia di berbagai aspek. Mereka berambisi agar budaya Indonesia dapat meraih pengakuan internasional.
"Dalam rencana kami, kami berupaya membangun kekuatan Indonesia di berbagai sektor, seperti kekuatan kebudayaan, seni, dan ekonomi, sehingga dapat memberikan kontribusi signifikan dalam dunia internasional. Kami berharap agar karya film, seniman, kuliner, diplomat, serta diaspora Indonesia dapat menjadi sorotan dunia, memberikan warna dan keunikan pada panggung internasional," ujarnya.
Anies menegaskan bahwa posisi Presiden seharusnya menjadi panglima diplomasi. Dia mengakui peran krusial Presiden dalam mengelola hubungan internasional.
"Sebagai panglima diplomasi Indonesia, Presiden tidak hanya hadir dalam forum internasional, tetapi juga aktif memberikan dampak positif dan serius dalam memperjuangkan amanat, termasuk usaha nyata untuk mengakhiri penjajahan di seluruh dunia. Ini bukan sekadar pernyataan di atas kertas, tetapi melibatkan kerja keras dari Presiden dan seluruh jajaran diplomasi, terutama dalam mendukung kemerdekaan Palestina," tandasnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]