WahanaNews.co | Eks kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany mendapatkan serangan bertubi-tubi dari sejumlah pihak mulai SARA, kadrun hingga 'antek Yaman' setelah keluar dari PSI.
Sosiolog dari Universitas Nasional, Sigit Rohadi, menilai hal ini terjadi karena adanya polarisasi yang kian tajam.
Baca Juga:
Hinca Panjaitan Pimpin Tim Pemenangan Bobby-Surya di Pilgubsu 2024
"Polarisasi social di negeri kita kian tajam dan sukar dikendalikan," ujar Sigit saat dihubungi, Sabtu (23/4/2022).
Sigit mengatakan polarisasi suku diredam dengan pendekatan agama. Namun menurutnya saat terjadi politisasi agama disertai narasi hitam pada 2014, polarisasi dinilai semakin liar.
"Polarisasi suku dapat diredam dengan pendekatan cross-cutting affiliation dengan agama. Perbedaan suku-suku dan ras tidak menajam karena dapat diikat kembali oleh agama. Ketika berlangsung politisasi agama sejak tahun 2014 disertai narasi hitam oleh para politisi, polarisasi berjalan semakin liar," tuturnya.
Baca Juga:
Bobby-Surya Percaya Hinca Panjaitan Pimpin Tim Pemenangan
Sigit menuturkan kebebasan berpendapat digunakan untuk menyerang kelompok yang berbeda pandangan politik yang dibungkus dengan agama. Polarisasi lantas mengarah kepada ras dan imigran.
"Mereka memanfaatkan kebebasan berkumpul dan berpendapat, menyerang kelompok-kelompok yang berbeda pandangan politik dibungkus agama. Kondisi itu dimanfaatkan oligark (persekutuan pemodal dan kekuasaan) untuk membiayai aktivitas mereka dan membeli suara para pemilih," kata Sigit.
"Polarisasi kemudian mengarah kepada ras dan imigran. Label buruk yang sebelumnya dilekatkan pada keturunan Tionghoa, kemudian beralih ke Arab karena beberapa ulama keturunan Arab memanfaatkan agama untuk menyerang lawan politik. Ini membuktikan agama tidak lagi mampu menjadi pemersatu," sambungnya.