Selanjutnya dia meneruskan pendidikannya ke Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Sibolga, di sekolah ini Amir mendapatkan pelajaran music biola dan piano.
Setelah lulus, dia melanjutkan sekolahnya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Tarutung, dan diselesaikan di Padang tahun 1931.
Baca Juga:
Arnod Sihite Dilantik Ketua Umum PTSBS Periode 2024-2029: Ini Daftar Lengkap Pengurusnya
Di tahun yang sama dia masuk sekolah guru Hollandsch Inlandsche Kweekschool (HIK) di Bandung.
Awal karirnya Amir pernah bekerja di bagian music Radio Republik Indonesia (RRI), selanjutnya di tahun 1954 dia pernah menjabat sebagai Direktur Sekolah Musik Indonesia (SMINDO) Yogyakarta.
Dalam tiga tahun, dia diangkat menjadi kepala B1- Kursus jurusan Seni Suara, Lembaga Pendidikan Guru Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang kemudian ditingkatkan menjadi IKIP-UI (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Indonesia yang sekarang berganti nama menjadi Universitas Negeri Jakarta).
Baca Juga:
Arnod Sihite Resmi Pimpin Parsadaan Toga Sihite Boru Sedunia, Fokus Lestarikan Budaya Batak pada Generasi Muda
Selain itu, dia pernah bekerja menjadi guru piano dan cello pada Pusat Kebudayaan Suriname (Cultureel Centrum Suriname), dan selang dua tahun kemudian dia menjadi guru privat piano di Paramaribo dan sampingan sebagai pemain cello Orkes Simfoni Paramaribo, Suriname.
Berkat kerja kerasnya, Amir mendapat anugerah penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma oleh Presiden Megawati Soekarnoputri tahun 2002.
Dia telah menciptakan musik untuk piano tunggal seperti Capung Kecimpung di Cikapundung, Rondino Capriccioso, 2 Sonata’s, Petruk, Gareng dan Bagong, Rabanara dances, Spielstuck, Puisi Bagor, Kesan langar, Sampaniara no.1, dan 6 variasi sriwijaya.