Oleh: Salomo
Lumban Tobing
Caleg DPR RI
Dari Partai Solidaritas Indonesia
Baca Juga:
Efni Efridah, Terdakwa Koropsi Pengadaan Buku di Tebingtinggi Merasa Dikambinghitamkan
Memang akan
dilema ketika kekuasaan dimonopoli oleh sekelompok orang. Pengusaha dan
penguasa yang bersinergi, ketika masa mereka ditertibkan oleh pemimpin
berikutnya atau setidaknya musim pemerintahannya berganti, masalahpun timbul.
Bakrie group yang memiliki bisnis dibeberapa daerah di indonesia adalah salah
satu contoh, bagaimana sinergi penguasa dan pengusaha pada masa itu
memperlihatkan, betapa perkasanya mereka. Ketika masalah timbul, sistem subsidi
silang pada banyaknya usaha yg dikelolanya menjadi bom waktu dan celah masuknya
para pemodal asing. Ini jika berdasarkan alur diatas kertas, yang tampil dalam
pemahaman publik.
Baca Juga:
Perusahaan BUMN Indra Karya Buka Lowongan Untuk Ratusan Posisi
Namun, saya
sebagai politisi dan putra asli dairi, lebih melihat bahwa permainan ini tak
lebih dari sebuah skenario jahat dan mengancam ketahanan aset bangsa. Jika
melihat perjalanan dari beberapa aset pengusaha yg berdekatan dengan penguasa
pada masa yang lalu, semua terlihat dibuat rugi, alasan yg paling dekat dan
rasional, sehingga investor asing bisa leluasa masuk. Logikanya begini, mengapa
bisnis para pengusaha kroni penguasa masa itu didominasi bisnis yg berkaitan
erat dengan penguasaan lahan. Baik pertambangan, pertaniaan hingga perkebunan,
skema pergerakannya sama.
Kita
menyaksikan bagaimana 16 Bank besar harus dilikuidasi karena buruknya
penanganan kreditur. Semua bermuara pada usaha kelompok mereka-mereka ini.
Berat dan miris sudah pasti, namun Indonesia belum kiamat, khususnya Dairi
dalam diskusi kita ini. Setidaknya kita punya Presiden yg saya yakini sangat
anti asing, terbukti dari di bubarkannya Petral, penting dicatat ini menjadi
awal dari polemik dan yang membuat para kroni-kroni penguasa masa
sebelumnya gerah tak berdaya. Skema penguasaan bisnis subsidi silang itupun,
menjadi mata rantai yang mematikan. Satu usaha bermasalah menimbulkan masalah
lain pada usaha yang lain. Namun, yang menjadi catatan penting adalah bahwa
kita tahu sejarah, kita tahu trackrecord mereka ini. Kedepan kita tahu langkah
apa yg akan kita tempuh dalam mengamankan aset negara. Jika amerika bisa kita
taklukkan terkait freeport, Dairi Prima Mineral yang kadar politisnya masih
jauh dibawah, saya optimis kita pasti bisa rebut.
Kesempatan
ini juga ingin saya sampaikan, bahwa kita bukan anti investor asing secara
spesifik. Terkait Dairi Prima Mineral, investor cinanya harus diberi pemahaman
bahwa di Dairi, bukan anti investor asing, tetapi bahwa investor asing kita
harapkan kepada usaha yg lebih produktif, mengedepankan usaha yg memberdayakan
kearifan lokal dan harus proaktif dalam penyelamatan lingkungan. Karena hidup
terus berjalan, Dairi punya generasi yg berkelanjutan, lingkungan hidup yg
terjaga dengan baik, menjadi indikator utama ketersedian lingkungan hidup yg
baik dimasa yg akan datang.
Apa
kaitannya dgn saham cina? Kita bukan bicara masalah saham cina, amerika atau
inggris dan negara asing lainnya, kita harus perlakukan sama. Jika isu
penyelamatan lingkungannya rendah, kita harus tolak. Karena dampak lingkungan
yang ditimbulkan, yang merasakannya adalah generasi Dairi berikutnya, bukan
generasi bangsa mereka.
Saya
berharap semua sahabat yang cinta Dairi, tidak perlu pesimis, banyak cara yg
dapat kita tempuh, tapi hanya satu syarat utama yg penting untuk kita. Kita
harus sama-sama lepaskan semua kepentingan pribadi, jujurlah pada diri sendiri,
pada Tuhan dan kepada masyarakat Dairi.