WahanaNews.co, Jakarta - Ketika seseorang meninggal dunia, semua organ vital dalam tubuh berhenti berfungsi. Detak jantung dan napas tidak lagi terdeteksi, tubuh menjadi dingin, dan aktivitas otak pun berhenti.
Namun, penelitian telah menemukan bahwa terdapat aktivitas pada otak manusia beberapa saat setelah kematian.
Baca Juga:
Sangat Berbahaya, ALPERKLINAS Desak PLN dan Pemda Aktif Sosialisasikan Larangan Penggunaan Arus Listrik di Luar Peruntukan
Sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Frontiers in Aging Neuroscience pada tahun 2021 menunjukkan bahwa otak mungkin masih aktif dan terkoordinasi selama, bahkan setelah, proses menuju kematian.
Pada saat-saat menjelang dan sesaat setelah kematian, otak mengulang kembali momen-momen tertentu.
Ketika seseorang mengalami kematian, mereka mungkin mengalami pengalaman kembali mengenai peristiwa-peristiwa yang telah mereka alami sepanjang hidup mereka, yang dikenal sebagai 'life recall'..
Baca Juga:
Detik-detik Mencekam! Remaja 17 Tahun Saksikan Langsung Tabrakan Pesawat di Washington DC
"Kami mengukur 900 detik aktivitas otak di sekitar waktu kematian dan memfokuskan penyelidikan pada hal-hal yang terjadi 30 detik sebelum dan sesudah jantung berhenti berdenyut," ungkap peneliti dan ahli bedah saraf di University of Louisville Amerika Serikat (AS), Dr Ajmal Zemmar, dikutip Selasa (16/4/2024).
"Tepat sebelum dan setelah jantung berhenti bekerja, ditemukan perubahan pada pita osilasi saraf, yang disebut osilasi gamma, dan juga yang lain seperti delta, tetha, alpha, dan beta," bebernya.
Osilasi otak, yang lebih umum dikenal sebagai 'gelombang otak', merupakan pola ritmis dari aktivitas otak yang biasanya hadir pada individu manusia yang masih hidup.
Berbagai jenis osilasi, termasuk osilasi gamma, berperan dalam fungsi-fungsi kognitif tinggi seperti fokus, mimpi, meditasi, pembentukan ingatan, pengolahan informasi, dan persepsi sadar, seperti yang terkait dengan pengalaman kilas balik ingatan.
Penelitian ini, yang merupakan yang pertama dalam jenisnya, mengukur aktivitas otak yang masih hidup selama proses kematian pada manusia.
Perubahan serupa dalam osilasi gamma sebelumnya telah diamati pada tikus yang dipelihara dalam lingkungan yang dikontrol.
Ini menunjukkan kemungkinan bahwa saat kematian, otak dapat mengatur dan menjalankan respon biologis yang mungkin bersifat konsisten di seluruh spesies.
"Salah satu pelajaran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa meskipun orang yang kita cintai tengah bersiap meninggalkan kita, otak mereka sangat mungkin mengulang kembali sejumlah momen terbaik yang pernah mereka alami semasa hidup," demikian penekanan dari penelitian ini.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]