WahanaNews.co | Di balik kekuatan teknologi militer Amerika Serikat (AS), ternyata
masih ada saja prajuritnya yang kurang cakap dalam hal menjalankan misi.
Terbukti, ada sebuah video yang
beredar di media sosial dan bahkan jadi bahan olok-olok seorang Purnawirawan
Perwira Tinggi (Pati) TNI Angkatan Darat.
Baca Juga:
Kapuspen TNI Bantah Perwiranya Jadi Beking Tersangka Perundungan Anak SMA di Surabaya
Adalah Letjen TNI (Purn) Johannes
Suryo Prabowo, yang semasa masih aktif berdinas di satuan elite Komando Pasukan
Khusus (Kopassus) terkenal sebagai ahli bahan peledak.
Diberitakan, Jumat (15/1/2021), Suryo Prabowo pernah memberikan
pernyataan jika anggota Korps Baret Merah tak butuh ilmu militer yang dimiliki
Amerika.
Dikatakan Suryo Prabowo saat itu,
seorang anggota Kopassus akan semakin terlihat kemampuan tempurnya justru saat
tak memegang senjata.
Baca Juga:
Skandal Judi Online: 4.000 Prajurit TNI Kena Sanksi, Danpuspom Beri Peringatan Keras
Suryo juga menjelaskan, ia memiliki
pengalaman dalam hal demolisi dan anti-demolisi.
Lulusan terbaik Akademi Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ini juga mengisahkan pengalamannya saat
menjadi instruktur demolisi di jajaran Kopassus.
Dalam akun Instagram pribadinya, Suryo Prabowo mengunggah sebuah video
berdurasi 45 detik.
Video itu menunjukkan sebuah kendaraan
Humvee, yang ditumpangi sejumlah tentara Amerika, tengah mendorong sebuah
mobil sedan dengan perlahan.
Ternyata, maksud pasukan Amerika itu
mendorong mobil kosong adalah untuk menjinakkan bom.
Sebab,
diketahui, ada bahan peledak yang dipasang di mobil berwarna biru itu.
Akan tetapi, setelah beberapa meter
bergerak, mobil sedan itu meledak.
Beruntung, mobil Humvee militer
Amerika tak ikut hancur akibat ledakan itu.
Hal inilah yang dianggap Suryo Prabowo
sebagai aksi yang terbilang bodoh.
"Contoh cara bodoh untuk menangani bom mobil (VBIED/vehicle-borne
improvised explosive device) di Irak (2005)," tulis Suryo Prabowo di akun
Instagram pribadinya.
Wajar saja Suryo Prabowo memberikan
pernyataan itu.
Sebagai seorang ahli bahan peledak,
pria kelahiran Semarang, 15 Juni 1954, ini tentu mengerti betul bagaimana cara menjinakkan bom yang terpasang
di mobil. [dhn]