Ketegangan kemudian mereda setelah pengawal Yitzak Rabin
menurunkan senjatanya. Adu tembak antara Paspampres Soeharto dengan pengawal
Perdana Menteri Israel urung terjadi.
PM Yitzak Rabin dan pengawalnya akhirnya mau menaati
protokol kemanan Paspampres. Bahkan, Yitzak Rabin harus rela menunggu selama 15
menit untuk bisa bertemu Presiden Soeharto.
Baca Juga:
Oknum Paspampres Pembunuh Imam Masykur Tolak Vonis Mati
Tak dipungkiri, sosok Letnan Jenderal TNI (Purn) Sjafrie
Sjamsoeddin sangat berperan dalam menjaga keamanan dan keselamatan Presiden
Soeharto.
Sebagai Paspampres, Sjafrie merupakan prajurit TNI yang
mumpuni dan kenyang dengan berbagai penugasan di medan operasi.
Ya, pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, pada 30
Oktober 1952 ini mengawali karir militernya di satuan infanteri Kopassandha
yang kini bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Baca Juga:
3 Oknum Anggota TNI Pembunuh Imam Masykur Dituntut Hukuman Mati
Berkat keberanian, kesigapan dan kemampuannya itu, abituren
Akademi Militer (Akmil) 1974 ini pernah menduduki sejumlah jabatan strategis di
antaranya Komandan Peleton Grup 1 Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha),
Komandan Nanggala X Timor-Timur 1976, Komandan Nanggala XXI Aceh 1987. Selain
itu, Komandan Tim Maleo Irian Jaya 1987. Satgas Kopassus Timor Timur 1990 dan
Komandan Grup A Paspampres serta Pangdam Jaya pada 1997.
Sjafrie juga pernah menjabat sebagai Wakil Menteri
Pertahanan (Wamenhan) dari 6 Januari 2010 hingga 20 Oktober 2014. Dia juga
pernah menduduki jabatan sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian
Pertahanan (Kemhan). Termasuk Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI periode
2002�"2005.
Tidak hanya itu, Sjafrie juga pernah menjadi pengawal
pribadi Presiden Soeharto ketika melakukan kunjungan kerja ke luar negeri seperti
ke Malaysia, Singapura, Filipina, Srilangka pada 1979, Amerika Serikat dan
Jepang pada 1980, kemudian Korea, Spanyol, Jepang dan Amerika Serikat pada
1982, kunjungan Malaysia dan Singapura pada 1984.