Bukti yang dibawa adalah catatan
tentang pertunjukan "Woyong" (dalam Kanton), atau Wo-ying (Mandarin) atau juga dilafalkan
dengan Wa-yaah (Hokian), dan
ketiga-tiganya sama-sama memiliki arti "teater bayang" sama seperti
arti dari kata "Wayang".
Catatan pertunjukan tertua menunjukkan
bahwa pertunjukan teater bayang ini sudah dipentaskan di tahun 140 SM, tepatnya
era kekuasaan Kaizar Wu Ti di tanah Tiongkok.
Baca Juga:
Anak-Anak Sekolah di London Tampil Memukau Mainkan Gamelan dan Wayang
Pernyataan tersebut dipaparkan Prof G
Schlegel dalam bukunya berjudul Chineesche
Brauche und Spiele in Europa.
Catatan pertunjukan "teater
bayang" di Tiongkok jelas dianggap lebih tua dari temuan di Indonesia yang
tertua bertarikh 907 M.
Sebuah prasasti berbentuk lempengan
yang saat ini tersimpan di Royal Tropical Institute, Belanda, menunjukkan bahwa di Desa Sangsang ada perayaan ritual untuk dewa
dengan bentuk pertunjukan wayang bagi para dewa dengan lakon/lagu Bhimaya Kumara.
Baca Juga:
7 Kerajinan Solo yang Wajib jadi Buah Tangan
Bhimaya Khumara diprediksi
adalah kisah hidup Bhima, anggota dari Pandawa yang berbadan raksasa.
Maka kemudian dicoba ditarik kembali
perjalanan wayang, mengingat wayang akan membawakan cerita asal India (bukan
Tiongkok), maka ide bahwa "teater bayang" atau wayang ini berasal
dari India lebih sulit dibantah.
Menelusuri jejak wayang di India,
justru akan menemukan bahwa daerah sekitaran India, baik itu daerah Kamboja,
Thailand hingga Indonesia, atau justru ke arah Timur Tengah, semuanya memiliki
"teater bayang".