Malaysia justru mengenal dua jenis
wayang, yakni wayang Jawa dan wayang Siam (Thailand).
Ditambah lagi, mereka juga menyebut
menonton bioskop, sebagai menonton "wayang".
Baca Juga:
Anak-Anak Sekolah di London Tampil Memukau Mainkan Gamelan dan Wayang
Dari situ, dugaan bahwa pedagang dari
India dan sekitarnya yang beragama Hindu datang ke Nusantara pada sekitar abad
ke-4 dan membawakan kisah Mahabharata serta Ramayana.
Sedangkan kisah yang lebih berupa
adaptasi seperti misalnya Arjunawiwaha
tulisan Mpu Kanwa, Bharata Yudha
karya Mpu Sedah/Mpu Panuluh, sampai cerita tentang Gatotkaca Sraya karya Mpu Panuluh mulai diterbitkan di abad ke-9
dan dimainkan dalam pagelaran wayang di Indonesia.
Ciri khas dari kisah adaptasi tersebut
ialah adanya unsur-unsur kearifan lokal setempat yang berpadu dalam latar
tempat di Nusantara, namun latar waktu, beserta tokoh-tokohnya diambil dari
kisah Mahabharata (karya Viyasa) dan Ramayana (Valmiki).
Baca Juga:
7 Kerajinan Solo yang Wajib jadi Buah Tangan
Ditambah lagi, juga belum jelas dan
belum ada bukti bahwa wayang yang dipertunjukkan tahun 940 era Raja Balitung di
Desa Sangsang (berdasar prasasti) itu adalah pertunjukan Wayang seperti yang
ada di hari ini.
Meski demikian, sebagai salah satu
bentuk teater tradisional Indonesia, wayang juga memiliki fungsi yang sama,
yakni untuk mendukung sebuah upacara adat, keagamaan, serta menjadi tontonan
sekaligus tuntunan bagi penikmatnya. (Pojok
Seni)-qnt
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.