"Rukyat dilakukan hanya jika telah terjadi konjungsi bulan-matahari dan pada saat matahari terbenam, hilal berada di atas ufuk dan dalam posisi yang memungkinkan untuk terlihat, tertulis pada laman Muhammadiyah.
Dijelaskan bahwa pemerintah Arab Saudi menggunakan metode Rukyatul Hilal. Dengan begitu, hilal berhasil terlihat pada maghrib 6 Juni 2024, sehingga 7 Juni 2024 ditetapkan sebagai awal Zulhijah 1445 H. Berdasarkan keputusan ini, Idul Adha di Arab dirayakan pada 16 Juni 2024.
Baca Juga:
Krakatau Steel Serahkan Bantuan 211 Hewan Kurban di Kota Cilegon dalam Rangka Hari Raya Iduladha
Sementara itu, pemerintah Indonesia dan Nahdlatul Ulama menentukan awal bulan hijriah berdasarkan pengamatan dengan kriteria MABIMS (kesepakatan Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).
Thomas Djamaluddin, profesor bidang ilmu astronomi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menuturkan pada magrib 6 Juni posisi hilal di Mekkah, Arab Saudi, sangat rendah.
"Tingginya kurang dari 1 derajat. Mestinya tidak mungkin terlihat, karena posisinya terlalu dekat Matahari dan cahaya syafak (senja) masih cukup kuat," dia menjelaskan melalui akun Facebook, dikutip dari CNN Indonesia.
Baca Juga:
Lebanon Minta Israel Tak Seret Negara-negara Arab ke Kancah Perang
Di sisi lain, Thomas menyebut pada magrib 7 Juni 2024 posisi hilal cukup tinggi, dengan posisi Bulan sudah 8 derajat.
"Dari rukyat di Mekkah dan Jakarta, diprakirakan 1 Zulhijah 1445 8 Juni, wukuf 16 Juni, dan Idul Adha 17 Juni," ia menuturkan.
Di sisi lain, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama, Adib, mengungkapkan perbedaan waktu Idul Adha di Indonesia dan Arab disebabkan perbedaan letak.