Seperti dikutip dari Sci-News, Sabtu (6/8/2022) peneliti berteori bahwa orang-orang Libya Neolitik ini, tidak memanfaatkan daging semangka, melainkan menggunakan biji semangka.
Biji-biji tersebut dikonsumsi dengan cara dikeringkan atau dipanggang. Tapi bisa juga direbus dalam sup atau semur.
Baca Juga:
Dinas TPHP Bengkulu Tetapkan Harga Jual TBS Sawit Oktober 2024 Rp2.550 per Kg
Kesimpulan itu didapat, setelah peneliti mengurutkan DNA dari bji semangka berusia 6000 dan 3300 tahun yang ditemukan dari situs arkeologi di Libya dan Sudan utara.
Sebagai data pendukung, peneliti juga mengurutkan genom dari spesimen herbarium yang tersebar luas secara geografis yang dikumpulkan antara tahun 1824 hingga 2019.
Mereka lantas menganalisis data dan genom yang diurutkan ulang dari koleksi plasma nutfah penting.
Baca Juga:
Aman Dikonsumsi Rutin, Ini Alasan Semangka Baik untuk Penderita Asam Urat
Dari situlah, peneliti kemudian menemukan bahwa biji semangka Libya berasal dari semangka yang secara genetik berdaging pahit, jenis semangka egusi (Citrullus mucosospermus) yang ditemukan di Ghana, Benin, dan Nigeria di Afrika Barat.
"Biji ini merupakan teka-teki karena dianggap sebagai biji semangka tertua. Namun itu ditemukan di Libya yang tak pernah dianggap sebagai tempat domestikasi semangka," ungkap Guillaume Chomicki, penulis senior dari University of Sheffield.
Penggunaan biji semangka sebagai makanan ringan juga cocok dengan bukti retakan gigi manusia, yang ditemukan di biji semangka, saat dilakukan studi komputer-tomografi.