Pohon hanjuang tersebut konon ditanam oleh Jaya Perkosa sebagai sebuah petanda yang ditujukan bagi Prabu Geusan Ulun yang saat itu sebagai Raja Kerajaan Sumedang Larang.
Hal itu sebagaimana yang tercantum dalam sebuah tulisan prasasti di dalam situs tersebut.
Baca Juga:
Antusiasme Warga Warnai Kunjungan Irwansyah Putra ke Pasar Inpres Sumedang
"Kula Nanjeurkeun ieu tangkal hanjuang
Ciri asih ka Prabu Geusan Ulun
Meun Seug ieu tangkal hanjuang daunna subur
Ciciren kula unggul
Tapi meun seug ieu tangkal hanjuang
Layu atau perang
Ciciren kula ka soran di palagan"
±1585
"Saya menandaskan pohon hanjuang ini, sebagai tanda kasih sayang kepada Prabu Geusan Ulun
Kalau semisal pohon hanjuang ini daunnya subuh, itu pertanda saya menang. Tapi kalau semisal pohon hanjuang ini layu atau perang, itu pertanda saya kalah di medan perang" ±1585.
Menurut Apun, tulisan diatas berkaitan dengan peristiwa peperangan antara Kerajaan Sumedang Larang dengan Kasultanan Cirebon.
Baca Juga:
Gebyar Pelayanan Prima 2024, Sumedang Kembali Bawa Pulang Penghargaan Bergengsi
Saat itu, sambung Apun, Jaya Perkosa berpesan kepada Prabu Geusan Ulun jika pohon hanjuang itu tumbuh subur maka itu tandanya ia memenangkan dalam laga peperangan tersebut. Sementara jika sebaliknya maka ia menerima kekalahan.
"Makanya disana ada tertulis kata 'ka soran', itu artinya kalah," terangnya.
Mengenal Sosok Jaya Perkasa atau Jaya Perkosa atau Jaya Prakosa atau Sang Hyang Hawu