Jaya Perkosa sendiri, sambung Apun, adalah seorang utusan pada saat peristiwa penyerahan mahkota Binokasih dari Kerajaan Padjadjaran ke Kerajaan Sumedang Larang.
"Kerajaan Sumedang Larang saat itu berada di Kawasan Kutamaya atau sekarang di daerah sekitaran Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara," paparnya.
Baca Juga:
Antusiasme Warga Warnai Kunjungan Irwansyah Putra ke Pasar Inpres Sumedang
Menurut cerita, kata Apun, Jaya Perkosa ini memiliki 2 saudara lainnya. Salah satu adiknya,yakni Eyang Nanggana, sementara adiknya yang lain tidak diketahui.
"Situs Eyang Jaya Perkosa itu ada di Dayeuh Luhur Ganeas, sementara situs Eyang Nanggana tidak jauh dari situ juga atau di Cileuwi," ujarnya.
Sementara itu, dilansir dari Sejarah Kerajaan Sumedang Larang, Jurnal Patanjala Vol. 3, No. 1, pp. 161-166 (Euis Thresnawaty S, 2011), disebutkan bahwa Jaya Perkosa atau Jaya Prakosa atau Sang Hyang Hawu merupakan salah satu dari empat kandage late atau empat bersaudara mantan Senapati Kerajaan Sunda Padjadjaran.
Baca Juga:
Gebyar Pelayanan Prima 2024, Sumedang Kembali Bawa Pulang Penghargaan Bergengsi
Tiga mantan Senapati Kerajaan Sunda Padjadjaran lainnya, yakni Batara Dipati Wiradijaya (Mbah Nanganan), Sang Hyang Kondang Hapa dan Batara Pancar Buana (Mbah Terong Peot).
Keempat kandaga late ini mendapat utusan dari Prabu Raga Mulya atau dikenal juga dengan sebutan Prabu Surya Kencana atau Prabu Nusya Mulya sebagai pemegang kekuasaan terakhir Kerajaan Padjadjaran untuk menyerahkan Mahkota Binokasih kepada Kerajaan Sumedang Larang yang saat itu Rajanya bernama Prabu Geusan Ulun.
Mahkota Binokasih merupakan mahkota yang dikenakan oleh Raja-raja Padjadjaran secara turun temurun. Runtuhnya Kerajaan Sunda Padjadjaran membuat Kerajaan Sumedang Larang secara otomatis menjadi sebagai pewaris tahta kekuasaan pada masa itu. [rsy]