Sayangnya, prestasi yang diukir Luhut tidak berjalan lurus dengan kariernya di militer. Selama pengabdiannya di militer, Luhut tidak pernah menjabat Danjen Kopassus, Kasdam maupun Pangdam.
Hal itu lantaran Luhut dinilai sebagai loyalis dan golden boys Panglima ABRI saat itu Jenderal TNI (Purn) Leonardus Benjamin Moerdani atau dikenal Benny Moerdani.
Baca Juga:
Avtur Ramah Lingkungan, Senjata Baru Indonesia di Pasar Penerbangan Dunia
Namun, sejarah membuktikan, elusan dan doa Bung Karno mustajab. Luhut menjadi orang!. Dia tak hanya mengikuti alur peristiwa dan sejarah negeri ini. Akan tetapi dalam beberapa hal Luhut menjadi salah seorang aktor pentingnya baik dalam kapasitas dan perannya sebagai seorang prajurit, pengusaha dan pejabat negara.
Karier Luhut mulai bersinar setelah ditunjuk menjadi Duta Besar RI Berkuasa Penuh untuk Singapura pada pemerintahan Presiden B.J Habibie.
Ketika kepemimpinan nasional berganti, Luhut tetap dipercaya dengan mengemban tugas sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan di era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Baca Juga:
Kisah Letjen Soegito Perintahkan Luhut Pandjaitan Cari Makanan di Tengah Peristiwa Malari
“Akhirnya kau jadi menteri juga ya Luhut,” ucap Ibunda Siti Frida Naiborhu sesaat setelah Luhut dilantik pada Kamis 24 Agustus 2000. Pengangkatan Luhut menjadi menteri oleh Presiden Gus Dur mengingatkan kembali akan elusan dan doa Bung Karno.
”Saya sendiri baru mendengar cerita itu setelah dilantik menjadi menteri oleh Presiden Gus Dur,” kata Luhut.
Setelah setahun menjabat menteri, Luhut harus meninggalkan posisinya karena Presiden Gus Dur lengser. Ketika itu, Luhut sempat ditawari masuk dalam kabinet Megawati Soekarnoputri. Namun tawaran itu ditolaknya.