WahanaNews.co | Tambang legendaris Grasberg milik PT Freeport Indonesia, yang berlokasi di Papua, habis dan
ditutup pada pertengahan 2019.
Sebagai penggantinya, produksi emas,
perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah. Tambang
bawah tanah ini lokasinya persis di bawah Grasberg.
Baca Juga:
Aktivis HAM Esra Mandosir Meninggal Dunia, LP3BH Manokwari Sebut Kematiannya Diduga Tidak Wajar
Penambangan bawah tanah ini menggunakan metoda block caving, yang
merupakan cara penambangan bawah tanah dengan efisiensi sumber daya yang tinggi
untuk melakukan penambangan, di mana blok-blok besar bijih di bawah tanah
dipotong dari bawah sehingga bijih tersebut runtuh akibat gaya beratnya
sendiri.
Tambang bawah tanah ini sudah
direncanakan sejak 2004 dan terus dikembangkan hingga sekarang.
Ada dua blok tambang bawah tanah
Freeport yang jadi andalan saat ini, yaitu Deep
Ore Zone (DOZ) dan Big Gossan.
Baca Juga:
Langkah Pengamanan Menjelang Pilkada Serentak, Asistensi Operasi Damai Cartenz di Intan Jaya
Saat ini, dikembangkan juga blok
bernama Deeep Mill Level Zone (DMLZ).
Di dalam tambang ini, terbangun jalan
sepanjang 650 kilometer (km), atau lebih dari jarak Jakarta ke
Yogyakarta.
Jalan di dalam tambang bawah tanah ini
akan terus dibangun hingga 1.000 km, atau seperti Jakarta ke Surabaya.
Tapi, di luar
soal struktur tambang ini, ada yang menarik ketika wartawan ikut
mengunjungi tambang bawah tanah di Timika, Papua, ini beberapa waktu silam.
Ternyata, Freeport Indonesia juga
menyediakan tempat ibadah bagi para pekerjanya, termasuk masjid dan gereja.
Wajar, karena
dengan jumlah karyawan yang (hingga tahun 2018) sudah mencapai sekitar 30.000 orang, di mana 25%-nya adalah karyawan asli Papua, tentu kebutuhan beribadah juga
menjadi prioritas.
Ujud kerukunan beragama yang luar biasa pun tercermin di sana, meski
berada di kedalaman sekitar 1,76 km dari permukaan tanah.
Rumah ibadah itu, yakni Masjid Baabul Munawwar dan Gereja Oikumene Soteria, berdiri
berdampingan satu sama lain.
Keduanya terletak di titik terdalam
dari permukaan tanah di kompleks tambang bawah tanah Freeport Indonesia.
Selain itu, ada pula Masjid Al A'Raaf, dengan elevasi tertinggi terletak di area tambang terbuka
Grasberg.
Mengutip situs resmi Freeport, tiga
rumah ibadah itu mendapat dua rekor MURI (Museum Rekor Dunia-Indonesia).
Pertama Masjid dan Gereja dengan
lokasi terdalam dari permukaan tanah (1.760 meter di
bawah permukaan tanah), dan rekor kedua yakni Masjid Al
A'Raaf yang terletak di elevasi tertinggi (3.730 meter di atas permukaan laut).
"Tiga rumah ibadah ini kami
bangun sebagai bentuk nyata komitmen Freeport untuk menyediakan fasilitas
pendukung bagi para karyawan di seluruh lokasi kerja mereka. Sebanyak lebih
dari 95% dari 32.000 karyawan Freeport adalah putraputri bangsa yang berasal
dari berbagai daerah di seluruh Indonesia," tulis manajemen Freeport.
Diketahui, masjidmerupakantempat
ibadah umatmuslim untuk melaksanakan kewajiban, terutamasalatlima waktu.
Maka, demi efisiensi waktu antara bekerja dan sembahyang, dibangunlah
masjid tersebut di perut bumi, dengan
kedalaman 1.760 meter di bawah tanah.
Setelah
jadi, masjid tersebut kemudian diresmikan pada Juni 2016, dan dinamai Masjid Baabul Munawwar.
Walaupun
berada di dalam tanah, nyatanya kapasitas tampung masjid tergolong banyak,
yakni mencapai 250 orang.
Di
samping Masjid Baabul Munawwar, juga ada tempat ibadah bagi umat pemeluk agama Nasrani, yakni Gereja Oikumene Soteria.
Dua
tempat ibadah itu memang sengaja dibuat berdampingan, sebagai wujud toleransi agama walaupun berada nun
jauh di dalam perut bumi.
Pembuatan
Masjid Baabul Munawwar diarsiteki oleh Alexander Mone, yang merupakan alumnus Bina Nusantara.
Sedangkan
strukturnya dikerjakan oleh Andrew Parhusip, yang merupakan lulusan ITB.
Saat ini, 51% saham
Freeport dimiliki oleh PT Indonesia Alumunium (Inalum), yang akan mengucurkan
lagi investasi hingga US$ 15 miliar atau sekitar Rp 210 triliun untuk tambang
bawah tanah tersebut. [dhn]