Sekitar 200 pasangan yang baru menikah selama empat tahun, menjadi responden yang kredibel.
Selama riset, para responden secara teratur diminta untuk mengisi angket survei, seluruh pertanyaan berkisar seputar perasaan mereka terhadap pasangan masing-masing, dan bagaimana mereka merasa aman dalam biduk pernikahan.
Baca Juga:
Polisi Biadab di Makassar, Dipergoki Selingkuh Lalu Seret Istri di Jalanan Pakai Mobil
Alhasil, ditemukan pasangan yang menunjukkan tingkah laku protektif ekstrim kepada pasangannya, sebenarnya mereka tengah membohongi diri sendiri.
Menuntut berbagai hal yang mustahil terhadap pasangan, merupakan indikasi dari seseorang yang tengah menyembunyikan sesuatu.
Temuan ini disimpulkan dari metode mengaitkan pembentukan sisi psikologis manusia di waktu sekarang, dengan fase tumbuh kembang, atau kanak-kanak.
Baca Juga:
Dugaan Penistaan Agama, Polda Metro Jaya Panggil Istri Pejabat Kemenhub
Keluarga yang stabil dan hubungan orangtua yang harmonis akan menularkan perasaan “aman” kepada anak, yang mana hal ini berpengaruh pada cara mereka berumah tangga kelak.
Melihat orangtua yang saling mencintai dan setia satu sama lain, akan diterjemahkan oleh anak sebagai hubungan yang ideal, sehingga mereka akan mempercayai, merawat dan menjadikan kesejahteraan keluarga sebagai prioritas hidup.
Sebaliknya, mereka yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang tidak stabil, orangtua yang ‘dingin, atau yang lebih parah saling selingkuh di luar rumah.