Ia menilai, kebijakan karantina lima hari dan wajib tes PCR sangat memberatkan wisatawan yang datang ke Bali. Menurutnya, kalau memang ada wajib tes PCR harganya jangan terlalu mahal sehingga tidak memberatkan wisatawan.
"Tadi saya dapat di beberapa grup WhatsApp lain justru harga rapid antigen di Bali yang pengen cepat ada Rp 1,9 juta. Itu sangat gila sekali harganya. Ada informasi seperti itu, jadi ladang bisnis jadinya," ujarnya.
Baca Juga:
Dispar Optimis 238 Desa Wisata Bali Semakin Dilirik oleh Turis
Sementara, untuk karantina wisman selama lima hari seharusnya juga bisa melihat kompetitor Indonesia yaitu Thailand yang tanpa karantina dan menurutnya dengan kebijakan seperti itu bisa saja banyak wisman yang malah beralih ke Thailand.
"Misalnya, Thailand yang rencananya buka bulan November itu kan nol karantina atau tanpa karantina. Nah, dalam hal ini apa sih yang dilakukan di Thailand kok dia bisa membuka pariwisatanya tanpa karantina. Mungkin hal ini, juga perlu dipelajari oleh pemerintah dalam hal ini apa yang dipenuhi," ujarnya.
Selain itu, menurutnya, promosi Thailand yang begitu besar juga menjadi pukulan telak buat pariwisata di Indonesia.
Baca Juga:
Diplot Jadi Ikon Wisata Unggulan Bali, Sanur Dipermak Habis
"Thailand menjadi pesaing berat buat Bali, khususnya Indonesia, dalam hal wisatawan mancanegara untuk di masing-masing negara," ujar Kariasa. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.