WahanaNews.co
| Sebelum
1939, wahana penyelamat kapal selam belum dianggap sesuatu yang sangat mendesak
untuk menyelamatkan awak kapal yang gagal naik ke permukaan.
Kala itu, anggapan umum yang muncul adalah jika
awak kapal selam tidak berhasil menyelamatkan diri dari kapal selam yang
tenggelam, maka hanya sedikit yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan mereka.
Baca Juga:
Puing dan Sisa Tubuh Penumpang Kapal Titan Akhirnya Ditemukan!
Laporan itu tertuang dalam publikasi berjudul Submarine
escape and rescue: a brief history yang ditulis Nick Stewart.
Pada 1920-an, sejumlah angkatan laut, khususnya
Angkatan Laut Amerika Serikat (AS), melakukan sejumlah uji coba operasi
penyelamatan dan berhasil beberapa kali.
Namun, uji coba operasi penyelamatan ini
dilakukan dalam kondisi ideal, di mana dalam praktiknya kondisi ideal jarang
sekali terjadi.
Baca Juga:
Bawa 55 Pelaut, Kapal Selam Nuklir China Dilaporkan Terperangkap di Dasar Samudera
Kondisi yang tidak menguntungkan di permukaan
juga bisa mencegah operasi penyelamatan dilakukan.
Kondisi tidak ideal terjadi pada 1927 terhadap
kapal selam AS, S-4. Kala itu, angin kencang mencegah penyelamatan dimulai
tepat waktu.
Karena sulitnya operasi penyelamatan kapal
selam kala itu, muncul anggapan bahwa upaya penyelamatan paling utama ketika
kapal selam tenggelam adalah upaya menyelamatkan diri sendiri.
Namun, pemikiran tersebut berubah total pada
1939, ketika kapal selam Angkatan Laut AS, USS Squalus, tenggelam.
Ketika itu, USS Squalus melakukan uji coba
berlayar di laut.
Tetapi, terjadi kegagalan peralatan yang
mengakibatkan banjir di ruang torpedo di belakang USS Squalus, ruang mesin, dan
tempat tinggal awak yang langsung menewaskan 26 dari 59 awak.
Keesokan harinya, setelah USS Squalus
tenggelam, penyelam memulai operasi utnuk menyelamatkan para awak kapal yang
masih hidup.
Kapal penyelamat kapal selam, USS Falcon, tiba
di lokasi dan menurunkan ruang penyelamat McCann yang baru dikembangkan.
Ruang penyelamat McCann berupa sel baja besar
yang diturunkan dari permukaan kapal untuk menutupi pintu keluar kapal selam.
Setelah terpasang, ruang penyelamat ini dapat
mengurangi tekanan udara dan membuka palka yang memungkinkan kru yang
terperangkap naik ke atas kapal.
Berkat ruang penyelamat McCann, sebanyak 33 kru
yang selamat berhasil dievakuasi dalam empat kloter.
Setelah keberhasilan itu, ruang penyelamat
McCann beroperasi di beberapa angkatan laut, termasuk Angkatan Laut AS dan
Angkatan Laut Turki.
Dan, sejak saat itu, pemikiran untuk
mengembangkan wahan penyelamatan kapal selam berkembang lebih jauh.
Pada 1960-an, ide mengembangkan wahan
penyelamat kapal selam meningkat setelah hilangnya dua kapal selam bertenaga
nuklir AS, USS Thresher dan USS Scorpion.
Setelah mempertimbangkan berbagai opsi,
Angkatan Laut AS mengembangkan Deep Submergence Rescue Vehicle (DSRV).
DSRV merupakan kapal selam mini berawak yang
bisa dipasangkan ke palka kapal selam yang mampu menampung 24 orang sekaligus
dan dioperasikan selama 1970-an.
Angkatan laut lainnya mengikuti jejak Angkatan
Laut AS dan mengembangkan kemampuan wahana penyelamatan kapal selam mereka
sendiri.
Angkatan Laut Kerajaan Inggris mengembangkan Submarine
Rescue Vehicle (SRV) diberi nama LR5 yang mirip dengan DSRV dalam berbagai
aspek.
LR5 adalah bagian dari Dinas Penyelamatan Kapal
Selam Inggris yang juga mencakup Submarine Parachute Assistance Group
(SPAG) dan Scorpio Remote Operated Vehicle (ROV).
Tim penyelamat ini terdiri atas personel
terpilih dan dapat dikerahkan dengan cepat.
SPAG berfungsi sebagai kekuatan utama yang
memberikan bantuan kepada kapal selam yang tenggelam atau kru yang berhasil
menyelamatkan diri.
Baik LR5 dan DSRV mendekati akhir masa pakainya
dengan masing-masing digantikan oleh sistem baru pada akhir 2008.
LR5 digantikan oleh NATO Submarine Rescue
Service (NSRS). NSRS dikembangkan bersama oleh Inggris, Perancis, dan
Norwegia.
Sedangkan Angkatan Laut AS menggantikan DSRV
dengan Submarine Rescue Diving and Recompression System (SRDRS).
Kedua sistem tersebut serupa dan akan melakukan
operasi penyelamatan dalam tiga tahap yakni survei, penyelamatan, dan
dekompresi. [dhn]