WahanaNews.co, Jakarta - Pasangan suami dan istri ditekankan untuk mematuhi komitmen dalam menjalani kehidupan pernikahan.
Menurut Yulistin Puspaningrum, seorang psikolog yang memiliki latar belakang dalam bidang keluarga dan pernikahan, pentingnya komitmen pernikahan adalah agar dapat menghindari konflik yang berpotensi menyebabkan perceraian.
Baca Juga:
Benarkah Hujan Dapat Pengaruhi Perasaan Seseorang? Begini Penjelasan Psikolog
Yulistin Puspaningrum, yang merupakan lulusan Universitas Gadjah Mada, menyampaikan bahwa ketika seseorang memasuki ikatan pernikahan, komitmen terhadap pasangan dan pernikahan itu sendiri sangat diperlukan. Tanpa adanya komitmen, masalah kecil pun bisa menjadi penyebab ketidakcocokan.
Sebelum memutuskan untuk menikah, Yulistin menekankan pentingnya untuk memahami dan menelusuri kepribadian calon pasangan serta latar belakang keluarganya.
Hal ini bertujuan agar upaya dapat dilakukan untuk meminimalkan potensi konflik setelah menikah.
Baca Juga:
Waspadai Orang Manipulatif, Kenali Tanda dan Trik Manipulator di Sekitar Kita
Setelah menikah, Yulistin menyarankan agar pasangan melibatkan komunikasi yang baik dalam memenuhi kebutuhan masing-masing.
Menurutnya, terdapat setidaknya lima kebutuhan yang harus dipenuhi untuk menjaga keharmonisan rumah tangga, yaitu waktu, pelayanan, penghargaan, pemberian hadiah, dan pelukan.
Ia mengatakan, sentuhan atau pelukan sangat berarti bagi pasangan dan dapat membuat pernikahan menjadi lebih bahagia. Sentuhan membuat pasangan merasa dibutuhkan dan dihargai kehadirannya.
Selain itu, menurut dia, pasangan sebaiknya mengupayakan adanya "efek kejutan" agar hubungan rumah tangga tidak menjadi pasif dan monoton.
"Memang secara kimia, terutama laki-laki, bisa bosan saat tidak ada unsur keterkejutan. Saat pasangan ada sesuatu, enggak pasif, selalu ada yang baru, ini perlu dijaga, kalau enggak, bisa terjadi perceraian," katanya, melansir Republika, Rabu (28/2/2024).
Ia mengatakan, dalam hal ini upaya untuk membangkitkan lagi rasa seperti semasa berpacaran atau pada awal pernikahan bisa dicoba.
Yulistin juga mengemukakan pentingnya pasangan memahami bahwa pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan bahwa hubungan dalam pernikahan bisa "naik-turun."
"Dalam pernikahan ada siklus naik turun, tapi bagaimana kita bisa menjaga supaya saat jatuh bisa bangkit lagi, di media sosial apalagi, gangguan bisa berseliweran, kalau enggak kuat bisa jatuh," katanya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]