WahanaNews.co | Perasaan manusia terhadap berapa lama waktu yang berlalu memiliki sifat subjektif. Perasaan tersebut mudah dipengaruhi bias yang terjadi di sekitar, suasana hati, dan apa yang dilakukan pada saat itu.
Perasaan subjektif tersebut salah satunya menyebabkan fenomena efek perjalanan pulang-pergi.
Baca Juga:
Buronan Kelas Kakap Migas Riza Chalid Akan Masuk DPO, Terlacak di Kuala Lumpur
Sensasi yang dihasilkan dari efek perjalanan pulang-pergi ini didapat ketika perjalanan pulang terasa memakan waktu lebih sedikit ketimbang saat pergi. Efek ini utamanya terjadi ketika seseorang pergi ke suatu tempat yang tidak begitu kita kenal.
Kenapa Perjalanan Pulang Terasa Lebih Cepat?
Mengutip The Washington Post, para psikolog memiliki beberapa teori yang dapat menjelaskan alasan di balik hal ini. Salah satu alasannya yaitu karena efek perjalanan pulang-pergi memiliki kaitan dengan sikap kita dalam memperhatikan waktu itu sendiri.
Baca Juga:
Sinyal Kekuatan Baru di Asia Tenggara, Indonesia Posisikan Rudal Balistik Turki di Dekat IKN
Saat seseorang lebih memperhatikan berlalunya waktu, misalnya saat sedang terlambat, maka dia akan terus memeriksa jam tangan atau ponsel dan waktu terasa berlangsung lama. Namun, saat seseorang terdistraksi berbagai hal yang lebih menarik, maka waktu terasa berlalu dengan cepat.
Teori tersebut sejalan dengan adagium yang berbunyi, "Panci yang diawasi tidak pernah mendidih." Lalu ada juga pepatah lain, "Waktu berlalu ketika Anda bersenang-senang."
Hal tersebut juga mengarah kepada ide bahwa menyadari waktu saat ini dan situasi saat ini dapat memperlambat persepsi kita tentang waktu dan membuat waktu terasa lebih lama.