Alasan lainnya adalah rasa familiar. Saat menuju suatu tempat yang belum dikenal, proses berangkat terasa lebih lama, sedangkan waktu pulang terasa lebih cepat.
Penyebabnya, pada waktu perjalanan pulang, kita sudah mengenali berbagai landmark. Namun, efek seperti ini mungkin tidak dirasakan pada perjalanan yang sering dilakukan sehari-hari.
Baca Juga:
Doomscrolling, Kebiasaan Berbahaya yang Mengancam Kesehatan Mental di Era Digital
Selain itu, penjelasan di atas mungkin tidak dapat menjelaskan efek perjalanan pulang-pergi secara keseluruhan.
Sejumlah penelitian menemukan bahwa orang bisa merasakan efek serupa saat berada di wilayah tak dikenal. Salah satu artikel ilmiah berjudul "The Return Trip Effect: Why the Return Trip Often Seems to Take Less Time" turut menjelaskannya.
Penulis dalam studi tersebut menyebutkan, saat para responden sangat sering mengambil rute yang sama, maka ada ekspektasi akurat soal berapa lama waktu yang dibutuhkan. Karena itu, efek perjalanan pulang-pergi tidak dirasakan.
Baca Juga:
Pasutri di Pemalang Ditemukan Tewas Misterius di Atas Tumpukan Batu
Maka, dapat dikatakan bahwa perasaan bahwa perjalanan pulang lebih cepat merupakan kombinasi berbagai hal dan bisa jadi ada alasan lain yang belum ditemukan para psikolog.
Kendati begitu, penelitian yang ada saat ini memperjelas bahwa waktu adalah pengalaman subjektif, meregang dan menyusut tidak sesuai dengan jam.[zbr]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.