WahanaNews.co | Kapal yang mengarungi lautan luas seringkali dianggap berjenis kelamin perempuan. Bahkan dalam bahasa Inggris, kapal disebut dengan kata ganti "she" atau "her."
“Misalnya, orang akan berkata, she will depart atau her sail,” kata Wakil Presiden Technical Fleet Management Pertamina, I Gusti Ngurah Handiyana yang dilansir dari ANTARA.
Baca Juga:
Tim Sar Dikerahkan Cari Kapal Angkut Wisatawan Dilaporkan Tenggelam di Takalar Sulsel
Sebagai pakar industri perkapalan, Ngurah berbagi alasan di balik tradisi ini.
“Setiap kali saya mengajar atau menyampaikan presentasi tentang kapal, saya sering memulai dengan kuis: Mengapa kapal dianggap seperti perempuan?” kata alumnus Teknik Perkapalan ITS ini.
Ada beberapa alasan menarik di balik anggapan tersebut. Kapal, layaknya perempuan, membutuhkan perawatan dan perhatian agar selalu terlihat cantik.
Baca Juga:
3 Kapal Tiba di Pelabuhan Gorontalo dengan Ratusan Penumpang
Ia juga memiliki periode problem atau siklus tertentu, seperti jadwal docking setiap 2,5 atau lima tahun sekali yang tidak boleh diabaikan.
Maka, kru kapal dituntut untuk selalu menjaga kebersihan dan "memperindah" kapal agar tampil bersih dan anggun. Bentuk kapal yang ramping dan berlekuk feminin pun turut memperkuat asosiasi ini.
Lebih unik lagi, awak kapal yang selesai bertugas kadang menyebut kapal yang pernah berlayar bersama mereka sebagai “widow” atau "janda."
“Misalnya, mereka akan berkata ‘Itu janda Gamsunoro, atau janda Gunung Geulis,’” tambah Ngurah, merujuk pada hubungan kedekatan awak kapal dengan kapal yang pernah mereka nahkodai.
Ngurah visitasi ke Turki untuk memastikan docking Kapal Gamsunoro milik PT Pertamina International Shipping (PIS) berjalan dengan baik.
Kapal Gamsunoro merupakan salah satu kapal tanker atau kapal angkut minyak mentah berkapasitas 105.000 DWT andalan Pertamina yang melayani rute internasional.
Kapal yang pernah membelah laut merah dengan aman beberapa waktu lalu ini memasuki siklus perawatan rutin 5 tahun termasuk untuk upgrade teknologi agar semakin ramah lingkungan dan selalu dapat memenuhi standar internasional.
[Redaktur: Zahara Sitio]