WahanaNews.co | Gangguan tidur seperti fenomena mimpi yang sangat nyata atau disebut vivid dream ternyata banyak dikeluhkan masyarakat.
Beberapa waktu lalu topik tentang vivid dream sempat ramai di Twitter. Beberapa warganet membagikan pengalaman mimpinya yang aneh atau terasa nyata, selain juga perubahan pola tidur selama karantina.
Baca Juga:
Kasus Perundungan Mahasiswi PPDS Undip, Penyidik Periksa Ahli Autopsi Psikologis
Seperti namanya, vivid (tajam, jelas) seseorang yang mengalami mimpi ini mengaku bisa merasakan secara jelas aroma, bentuk, warna, bahkan rasa sakit, seperti halnya di dunia nyata. Menurut psikolog Courtney Bancroft, vivid dream biasanya terkait dengan stres, sehingga tak mengherankan jika banyak orang mengaku mengalami mimpi ini selama pandemi Covid-19.
“Saat level stres kita meningkat, kita juga akan lebih sering mengalami vivid dream. Otak kita dibajiri oleh neurotransmitter dan zat kimia, seperti adrenalin dan epinefrin. Ketika hal itu aktif, bahkan di siang hari, efeknya bisa tetap terasa sampai waktu kita tertidur dan bisa mengganggu siklus tidur normal dan menyebabkan vivid dream,” kata Bancroft.
Situasi yang tidak pasti seperti pandemi saat ini menyebabkan stres global. Peningkatan stres ini bisa menyebabkan seseorang sulit tidur atau tidur nyenyak.
Baca Juga:
8 Kepribadian Orang yang Memprivate Media Sosial dan Jarang Memposting
“JIka kita sedang stres, kemampuan kita untuk lengah dan tertidur normal akan terganggu. Otak akan berusaha membuat kita selalu waspada dan kita akan mengalami sulit tidur dan mimpi yang lebih intens,” katanya.
Saat stres, tubuh juga terasa seperti tertekan sehingga muncul mimpi tentang harapan terpendam. Walau terasa sangat nyata, namun vivid dream tidak berbahaya.
Ada pula vivid dream yang membuat seseorang merasa seperti kekurangan oksigen. Keadaan ini dipicu posisi tidur yang salah. Saat terjadi, otak berusaha membangunkan orang itu agar bisa bernapas dengan lancar kembali.
Psikolog Joshua Tal mengatakan, selain stres ada beberapa penyebab lain mengapa seseorang mengalami mimpi yang “nyata” dibanding biasanya.
“Insomnia dan gangguan pada jadwal tidur dapat menyebabkan terbatasnya tidur REM (tidur dengan gerak mata cepat) yaitu fase ketika biasanya kita bermimpi,” kata Tal.
Nah, saat REM terbatas, tubuh akan menagihnya dan ini bisa menyebabkan ada kemunculan kembali REM. Dengan kata lain, saat akhirnya tertidur kita mungkin akan mengalami fase REM lebih sering dan ini juga berarti mimpi lebih banyak.
Pada masa pembatasan fisik ini, di mana kita lebih banyak beraktivitas di dalam rumah dan jarang olahraga, tidur pun biasanya akan terganggu. Faktor lainnya adalah perubahan gaya hidup, pola makan, kebiasaan bangun tidur siang, atau konsumsi obat-obatan, bisa mengganggu kebiasaan tidur normal.
Cara mengatasinya
- Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah gangguan tidur dan juga mimpi nyata sehingga kita bisa tidur lebih nyenyak.
- Buatlah jadwal aktivitas harian dan disiplin menerapkannya
- Perhatikan asupan makanan, hindari mengonsumsi kafein, alkohol, atau makan besar, mendekati waktu tidur.
- Untuk melatih otak agar mengasosiasikan tempat tidur dengan waktu beristirahat, hindari melakukan aktivitas kerja atau main games di tempat tidur.
- Buat rutinitas sebelum tidur agar otak lebih rileks. Jika kita mengalami mimpi buruk, buatlah “pengingat keamanan” di dekat tempat tidur. Misalnya saja gambar, lilin beraroma, atau daftar music yang menenangkan, yang membantu kita tertidur kembali setelah terbangun dari mimpi.
- Ketika kita mengalami sulit tidur, hindari terlalu terobsesi atau khawatir berlebihan terhadap tidur. Tekanan untuk segera tidur seringkali justru menimbulkan stres. [rna]