Namun,
tak lama, kondisi ibunya memburuk dan mengalami sesak napas dengan saturasi
oksigen 80 persen.
Dewi
akhirnya dilarikan ke rumah sakit dan dirawat di ruang isolasi.
Baca Juga:
Tips Cara Mengatur Ruang Pribadi Hindari Konflik dengan Pasangan Saat Pandemi
Esoknya,
Risqita menemukan kondisi ayahnya juga memburuk dengan saturasi oksigen yang
sama dengan ibunya.
"Pas
saya cek, Bapaknya sudah eungap
[sesak]. Jadi sama-sama masuk ke IGD, rumah sakit yang sama dan ruang isolasi
yang sama," tutur Risqita kepada wartawan BBC News Indonesia.
Selama
di rumah sakit, Risqita menemani ibu-bapaknya di ruang isolasi, meski ada risiko tertular
Covid-19.
Baca Juga:
Dukung Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Indonesia Beri Hibah ke Laos Senilai Rp 6,5 Miliar
Pihak
rumah sakit, kata Risqita, mengizinkan keluarga terdekat menemani pasien dengan
sejumlah syarat, antara lain dalam kondisi sehat dan tidak terpapar Covid-19,
memakai alat pelindung diri, dan sama-sama melakukan isolasi.
"Dari
bangun [tidur] terus makan, Bapak selalu minta maaf. [Bapak] sempat tanya,
Bapak tuh capek banget sesak terus, kapan enggak sesak laginya? Dua jam sebelum
Bapak enggak ada, bilang ke saya begitu," kenang Risqita.
"Kalau
Ibu, tenggorokannya sakit dan susah berbicara. Ibu hanya melihat saya terus,
lalu ditanya oleh perawat, "Ibu mau
bilang apa?". Tapi karena kondisi Ibu tidak bisa bicara apa-apa, Ibu hanya
ingin dipeluk saja," sambungnya.