Yadi,
warga Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat, ini harus merelakan kepergian
anak semata wayangnya, Buhari (16), yang akrab disapa Ari.
Hubungan
ayah dan anak ini amat dekat, karena Yadi mengasuh Ari sejak bayi sendirian, tak lama
setelah ia berpisah dengan ibu kandung Ari, Siti Khodijah.
Baca Juga:
Tragedi Jembatan Gantung Labuhanbatu Utara: Empat Warga Terluka Parah Akibat Putusnya Titi Rambin
Kecelakaan
yang merenggut nyawa Ari itu amat memukul Yadi. Baik di rumah sakit ataupun
saat jenazah Ari dimandikan dan disucikan, ia tak mampu mendekat.
Anak
tunggalnya itu, tutur Yadi, hanya jebolan kelas III sekolah dasar. Sehari-hari,
Ari menjadi tukang parkir di Pasar Genjing, di kawasan Johar Baru.
"Anak
ini tidak pernah bermasalah. Ia pekerja keras. Tabungannya sudah Rp 1 juta
lebih dan dia berniat sekali bisa membeli sepeda motor sendiri," ujarnya.
Baca Juga:
Tragedi Banjir Bandang: KSOPP, Dishub, dan Feri Danau Toba Beri Bantuan
Kakak
Yadi, Yusuf Musa, tak kurang dirundung duka. Anaknya, yang juga sepupu Ari, Firmansyah (22), juga tewas
dalam kecelakaan maut itu.
Seorang
pramu kantor sebuah perusahaan di kawasan Mardani, Jakarta Pusat, itu
meninggalkan seorang istri, Dini, yang tengah hamil tujuh bulan.
Pada
Minggu (22/1/2012), Firmansyah, Ari, serta teman sekaligus tetangga mereka,
Muhammad Akbar dan Hufaizah, menghabiskan pagi di Monas untuk berolahraga.