Layanan berbasis AI kini hadir 24 jam, selalu siap “mendengar”, serta memberi jawaban instan tanpa rasa lelah. Sebagian orang merasa lebih nyaman karena AI dianggap tidak pernah menghakimi.
Namun, menurut sejumlah pakar, kebiasaan ini pun mengandung dampak negatif yang tidak boleh diabaikan.
Baca Juga:
Kasus Bunuh Diri Mahasiswi PPDS Undip, Polisi Dalami Dugaan Perundungan
Ada risiko privasi, sebab data percakapan bisa tersimpan dan digunakan untuk kepentingan lain. Selain itu, jawaban AI tidak selalu akurat atau sesuai konteks pribadi, sehingga berpotensi menyesatkan.
Efek lain yang patut dicermati adalah berkurangnya interaksi sosial nyata. Jika terlalu bergantung pada AI, seseorang bisa kehilangan koneksi emosional dengan manusia di sekitarnya.
“Curhat ke AI tidak memberi sentuhan empati yang sesungguhnya, karena ia hanya mesin. Akhirnya, kita bisa merasa makin kesepian,” ungkap seorang pengamat komunikasi digital.
Baca Juga:
Kapolres Gorontalo Gelar Jumat Curhat Bersama Masyarakat Kecamatan Limboto
Tidak berhenti di situ, ada pula ancaman candu. Kebiasaan menuangkan isi hati ke AI secara berlebihan bisa membuat individu enggan membuka diri di dunia nyata.
Padahal, dalam situasi krisis, manusia tetap membutuhkan dukungan emosional dan moral yang nyata dari orang-orang terdekat maupun tenaga profesional.
Prasanti pun menekankan pentingnya keseimbangan. Menurutnya, tidak ada salahnya sesekali curhat ke orang asing atau bahkan mencoba curhat ke AI, selama hal itu dilakukan dengan kesadaran akan batas dan risikonya.