Syahdan
diceritakan, di suatu masa, ada sembilan bidadari yang dizinkan turun dari surga ke
bumi.
Mereka
memilih turun di sebuah telaga di Minahasa. Telaga tersebut kini dikenal dengan
nama Likupang.
Baca Juga:
Capai TKDN 84 Persen, PLN Rampungkan Infrastruktur Tegangan Tinggi KEK Likupang
Diceritakan,
telaga tersebut adalah milik seorang petani muda yang bernama Mamaua.
Petani
tersebut kemudian menahan satu bidadari yang ia panggil dengan nama
Lumalandung.
Mereka
kemudian menikah dan tinggal di kaki Gunung Tamporok. Sang bidadari melahirkan
seorang putri yang diberi nama Walangsendau.
Baca Juga:
Sandiaga Uno Apresiasi Likupang Charity Santa Run 2022
Sayangnya,
Mamanua melakukan kesalahan kecil yang membuat Lumaladung harus pulang ke
kahyangan.
Sang
bidadari pun berpesan pada suaminya, "Saat anakku menangis mencariku, ajak dia
berjalan melintasi hutan, sungai, dan gunung, dengan mengikuti arah
matahari."
Saat
sang anak menangis, Mamanua menggendong Walangsendayu melewati hutan, gunung,
dan sungai.