"Wilayah yang berpotensi
untuk diberikan pendampingan dalam kegiatan Community
Development akan dianalisa menggunakan key
indicators dalam rangka klasifikasi kriteria dan parameter untuk mengukur
kebutuhan dalam pengembangan menjadi Desa Devisa selanjutnya," tambahnya.
Hingga saat ini, LPEI telah
berhasil membentuk dua Desa Devisa.
Baca Juga:
Fasilitas Kredit di LPEI, KPK Temukan Modus Tambal Sulam
Pertama, Desa Devisa Kakao di
Jembrana, Bali dengan komoditas unggulan berupa biji kakao yang difermentasi.
Kedua, Desa Devisa Kerajinan di
Bantul, Yogyakarta dengan produk kerajinan ramah lingkungan.
Kedua Desa Devisa ini telah
mendapatkan beragam pelatihan dan pendampingan secara berkesinambungan untuk
peningkatan kualitas produknya, kapasitas produksinya, peningkatan SDM dan juga
untuk mendapatkan sertifikasi guna meningkatkan harga jual.
Baca Juga:
Kejagung Tarik 10 Jaksa Senior dari KPK, Berikut Daftarnya
Di tahun 2019, Desa Nusasari yang
berlokasi di Jembrana, Bali, menjadi Desa
Devisa pertama yang diresmikan oleh LPEI, berfokus pada pengembangan ekspor komoditas
kakao.
Pendampingan dilakukan LPEI
bersama dengan Koperasi Kerta Semaya Samaniya untuk meningkatkan kemampuan para
petani kakao dalam proses produksi hingga mampu menghasilkan produk fermentasi
biji kakao yang memiliki kualitas standar internasional, sehingga dapat
diekspor ke beberapa negara Eropa, seperti Perancis, Belanda, dan Belgia, serta
ke negara lainnya termasuk Jepang dan Amerika.
Mayoritas fermentasi biji kakao
diekspor ke Perancis hingga mencapai 12,5 ton setiap tahunnya.