Peran pemberdayaan masyarakat
desa yang hampir mencapai lebih dari 600 orang dan mayoritas adalah perempuan,
telah mampu mengelola kebun kakao secara organik, sehingga memberikan nilai
tambah dan harga jual yang tinggi kepada komoditasnya.
"Melalui program Desa Devisa
ini, LPEI mendapatkan penghargaan dari Global CSR Award berupa silver award untuk kategori "Empowerment
of Women" di tahun 2020 lalu," jelasnya.
Baca Juga:
Fasilitas Kredit di LPEI, KPK Temukan Modus Tambal Sulam
Desa devisa lainnya adalah Desa
Devisa Kerajinan di Bantul, Yogyakarta.
LPEI bersama dengan Koperasi
Asosiasi Pengembangan Industri Kerajinan Rakyat Indonesa (APIKRI) yang juga
tergabung dalam World Fair Trade
Organization (WFTO) melakukan pendampingan dan pelatihan kepada lebih dari
300 pengrajin.
Produk unggulan dari Desa Devisa
ini adalah green coffin atau peti
mati ramah lingkungan.
Baca Juga:
Kejagung Tarik 10 Jaksa Senior dari KPK, Berikut Daftarnya
Keunikan produk ini adalah
meminimalkan penggunaan kayu dan logam.
Produk ini telah berhasil
diekspor ke Inggris dan Belanda, bahkan di tengah pandemi Covid-19, APIKRI
masih mengekspor produk ini ke Amerika Serikat.
"Keberhasilan penerapan
program Desa Devisa di dua wilayah ini kami harapkan dapat diduplikasi ke
sejumlah wilayah di Indonesia. Saat ini, LPEI sedang berproses untuk
pengembangan desa devisa di beberapa wilayah yang memiliki potensi komoditas
unggulan, antara lain beras dan kopi. Dalam waktu dekat ini kita akan melakukan
peluncuran desa devisa di kawasan Jawa Barat," ungkapnya.