WahanaNews.co | Seiring dengan meningkatnya santernya isu perubahan iklim, salah satu topik yang menjadi hangat dibahas adalah kemasan produk. Kemasan plastik dianggap sulit terurai, sehingga banyak orang beralih pada kemasan kaca yang dinilai lebih ramah lingkungan.
Namun, benarkah kemasan kaca lebih ramah lingkungan dari plastik?
Baca Juga:
Pakar Ungkap Gegera Sampah Plastik Cemari Laut RI, Negara Rugi Rp225 Triliun per Tahun
Fakta mengenai kemasan kaca
Untuk mengetahui mana yang lebih ramah lingkungan, kita perlu melihat lebih dalam fakta masing-masing bahan. Pertama-tama kita akan membahas kaca.
Kaca merupakan bahan yang awet dan bisa digunakan berkali-kali tanpa mengalami perubahan bentuk. Kaca terbuat dari pasir dan berbagai mineral yang tersedia di alam.
Baca Juga:
Viral, Warga Kembalikan Sampah ke Rumah Pembuangnya
Sebagian orang berpikir, selama di laut masih terdapat pasir, maka proses pembuatan kaca akan baik-baik saja.
Proses pengambilan bahan baku kaca
Sayangnya, justru masalah pertama muncul di sini. Pasir yang biasa digunakan dalam proses pembuatan kaca adalah pasir jenis khusus yang dipanen dari dasar sungai atau dasar laut.
Proses pengambilan pasir skala industri produksi kemasan kaca ini akan mengganggu mikroorganisme yang hidup pada ekosistem tersebut, bahkan berisiko mengganggu rantai makanan.
Produksi kemasan kaca
Masalah kedua muncul dalam proses produksi. Proses ini memerlukan pemanasan semua bahan hingga mencapai suhu 1.500 derajat Celsius.
Pemanasan ini bertujuan untuk melelehkan semua komponen menjadi cairan serta membuat kaca yang dihasilkan menjadi lebih tahan.
Untuk mendapatkan suhu setinggi itu, maka industri memerlukan pembakaran bahan bakar fosil sebanyak 1,17 sampai 1,19 ton setiap satu ton kaca yang dihasilkan.
Proses ini merupakan proses yang tidak ramah lingkungan, mengingat tingginya konsumsi bahan bakar fosil serta sisa gas pembakaran yang dilepaskan ke udara.
Kaca tidak bisa terurai
Masalah ketiga adalah kaca tidak biodegradasi dan tingkat daur ulang yang rendah. Kaca memang bisa didaur ulang untuk membentuk produk kaca lainnya. Sayangnya, tingkat daur ulang kemasan kaca sangat rendah.
Contohnya di Amerika Serikat, kaca yang didaur ulang hanya 33 persen saja. Sementara sisanya akan menumpuk di tempat pembuangan sampah tanpa bisa terurai.
Sebagian besar plastik terbuat dari bahan utama petroleum. Oleh karena itu, bahan ini tidak terbarukan. Masalah pertama dari plastik muncul dari proses pengeboran minyak.
Proses ini berpotensi mengganggu ekosistem darat dan lautan. Selain itu, risiko lainnya adalah tumpahan minyak yang bisa mencemari lingkungan, baik tanah maupun air.
Emisi karbon dari plastik
Masalah berikutnya adalah plastik menghasilkan emisi karbon, tidak hanya pada proses produksinya, namun juga ketika plastik digunakan.
Pada tahun 2015, emisi karbon dari kantong plastik saja diperkirakan mencapai 1,8 milyar ton karbon dioksida. Angka ini tidak kalah besar dari emisi karbon hasil produksi kaca yang telah dibahas di atas.
Plastik tidak bisa didaur ulang
Masalah utamanya adalah plastik tidak bisa di daur ulang. Kaca memiliki tingkat daur ulang yang sangat rendah, yaitu hanya sekitar 9 persen. Selain itu, hasil daur ulangnya pun berbeda jika dibandingkan dengan daur ulang kaca.
Daur ulang plastik tidak bisa menghasilkan kualitas plastik yang sama seperti awal lagi. Sedangkan sisa plastik yang tidak didaur ulang akan berakhir di tempat pembuangan sampah.
Plastik memang bisa terurai atau biodegradasi. Sayangnya, proses ini memakan waktu 450 sampai 1.000 tahun. Walaupun seolah plastik lebih cepat menyatu dengan tanah, plastik melepaskan senyawa kimia berbahaya ke lingkungan dan bisa mencemari tanah, air, dan udara.
Kemasan kaca atau plastik yang aman untuk lingkungan?
Jika melihat fakta yang telah disebutkan di atas, kedua bahan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Cara yang paling mudah yang bisa kita lakukan adalah mengurangi segala bahan yang hanya digunakan sekali.
Kita bisa menggunakan kembali wadah kaca yang kita dapatkan di rumah untuk fungsi lainnya. Selain itu, kita juga bisa sebisa mungkin untuk menghindari menggunakan kantong plastik baru dan tidak membeli wadah kaca baru. [rna]