"Bayangkan papan kayu yang mengambang di atas bak air. Ketika Anda mendorong papan ke bawah, Anda akan mendapati air di bawahnya bergerak ke bawah. Jika Anda mengambilnya, Anda akan melihat air bergerak secara vertikal untuk mengisi ruang itu," jelasnya, seperti dikutip dari The Harvard Gazette, Jumat (24/9/2021).
Pergerakan tersebut berdampak pada pencairan yang terus berlanjut. "Di beberapa bagian Antartika, misalnya, pantulan kerak mengubah kemiringan batuan dasar di bawah lapisan es, dan itu dapat memengaruhi dinamika es," kata Coulson, yang bekerja di lab Jerry Mitrovica, Frank B. Baird, Jr. Profesor Sains.
Baca Juga:
'Pulau Hijau' yang Dipenuhi Hamparan Salju, Inilah Asal-usul Nama Greenland
Pencairan yang diketahui saat ini hanyalah dari yang diamati para peneliti pada gerakan terkini.
"Arktik adalah wilayah yang menarik karena, selain lapisan es modern, kita juga memiliki sinyal abadi dari zaman es terakhir," jelas Coulson.
Lapisan es pernah menutupi apa yang sekarang disebut Eropa Utara dan Skandinavia selama Zaman Pleistosen, zaman es yang dimulai sekitar 2,6 juta tahun yang lalu dan berlangsung hingga kira-kira 11.000 tahun yang lalu.
Baca Juga:
Mengenal Kwa Wan Hong Sosok Dibalik Hadirnya Pabrik Es Batu Pertama Kali di Indonesia
"Bumi sebenarnya masih memulihkan diri dari pencairan es itu."
"Pada skala waktu baru-baru ini, kita menganggap Bumi sebagai struktur elastis, seperti karet gelang, sedangkan pada skala waktu ribuan tahun, Bumi bertindak lebih seperti cairan yang bergerak sangat lambat." kata Coulson, menjelaskan bagaimana dampak yang lebih baru ini muncul di atas gaung yang lebih tua.
"Proses zaman es membutuhkan waktu yang sangat, sangat lama untuk dimainkan, dan oleh karena itu kita masih bisa melihat hasilnya hari ini."