Pelibatan
nama-nama itu membuat film Tjoet Nja"
Dhien berhasil menyabet delapan Piala Citra pada Festival Film Indonesia
1988 dan menjadi film Indonesia pertama yang diputar pada Festival Film Cannes
1989.
Baca Juga:
Sikapi Berbagai Isu Miring, Kemenko Polhukam Panggil Pengelola PIK
Kegetiran, Pengkhianatan,
dan Semangat Juang
Sepeninggal
suaminya, Dhien mengambil alih kepemimpinan perang gerilya untuk membebaskan
rakyat Tanah Rencong dari penjajahan khape atau kafir dalam bahasa Indonesia.
Dengan
tenaga dan semangat yang tersisa, serta dibantu Panglima Laot, Dhien terus
membuat Belanda kerepotan.
Baca Juga:
Jokowi dan Suara Parpol soal Amandemen UUD
Ia
bersama rakyat beberapa kali melakukan penyerangan ke markas penjajah.
Di sisi
lain, pihak Belanda tidak menduga akan aksi nekat Dhien tersebut.
Mereka
mengira bahwa perang bakal selesai dengan mangkatnya Teuku Umar.