"Indonesia
tidak bisa menghindar dari pluralisme. Jika dipaksakan seragam, bangsa ini akan
hancur, dan setelah kehancuran itu pun, akan muncul keanekaragaman lagi. Karena
itu, membangun negeri ini harus berdasarkan kebinekaan agar kita menjadi sebuah
bangsa yang berperadaban khas," begitu kutipan pidato Truman saat dikukuhkan sebagai profesor riset
tahun 2006.
Menurut
Truman, Indonesia memiliki dimensi arkeologis yang sangat kompleks.
Baca Juga:
Kedutaan Inggris Rayakan Ulang Tahun Raja Charles III di Kebun Raya Bogor
Letak
geografis yang luas dan strategis di antara Benua Asia dan Oseania menjadikan
negeri ini sebagai kawasan silang budaya.
Sejak 1,6
juta tahun lalu, manusia purba Homo erectus datang ke Jawa,
diikuti Homo sapiens sekitar 60.000 tahun
lalu, kemudian ras mongoloid dari Asia Tenggara Daratan dan Taiwan sekitar
4.000 tahun lalu.
"Dari masa
tua sampai periode yang lebih muda, pluralitas di Indonesia terus berlanjut dan
semakin menonjol. Kebinekaan tidak bisa dihindari karena pengaruh adaptasi
lokal, nutrisi, dan lingkungan yang berbeda-beda menghasilkan keturunan yang
memiliki kekhasan," katanya.
Baca Juga:
Anasir Intoleran dan Kontroversi Aparatur BRIN Minim Prestasi: Presiden Jokowi Perlu Evaluasi
Banyak nilai
budaya berakar sejak di masa lampau, seperti keuletan, ketangguhan, keberanian,
gotong royong, keterbukaan menerima pengaruh luar, dan multikulturalisme.
Nilai-nilai
itu dipadukan dalam Pancasila.
"Hasil-hasil
penelitian arkeologi memberi andil penting bagi penguatan nasionalisme dan
pengukuhan jati diri," katanya. [dhn]